Anak Disleksia Bisa Sukses dengan Pendidikan yang Tepat

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, BANDUNG — Lorencia Mira, penulis dan praktisi sistem pendidikan anak Montessori, mengatakan anak penderita disleksia bisa meraih kesuksesan di masa depan dengan pendidikan yang baik.

Hal itu diungkapkannya berdasarkan data organisasi nirlaba Amerika, United Notice ability Dyslexia Network, yang menyatakan bahwa 60 persen CEO (Chief Executive Officer) dan pengusaha sukses di dunia adalah anak-anak penyandang disabilitas.

Di Indonesia, Daddy Corbusier adalah seorang penderita disleksia yang terkenal dan sukses. Meski bergelut dengan membaca, ia berhasil meraih gelar sarjana psikologi di Universitas Atmajaya Jakarta dan gelar master psikologi di Universitas London.

“Jika kita bisa membantu mereka, mereka tidak akan menjadi generasi yang hilang. Jika kita tidak membantu mereka, ketika populasi Indonesia meledak pada tahun 2045, kita berisiko kehabisan sumber daya manusia,” kata Laurentia, yang juga presiden lembaga tersebut. Yayasan Lanterra. Orang kreatif ini pada Kamis (25/7/2024).

Ia menjelaskan, hal tersebut karena penelitian juga menemukan bahwa 50 persen narapidana di Amerika Serikat merupakan anak-anak penderita disleksia atau mengalami kesulitan belajar tertentu sejak dini.

“Studi menunjukkan banyak anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu yang berakhir di balik jeruji besi, tidak menutup kemungkinan hal serupa terjadi di belahan dunia lain, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Berdasarkan data tersebut, Laurentia mengatakan pihaknya menggandeng Lembaga Pembinaan Anak Khusus (LPKA) Kelas II Bandung untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada 225 anak binaan dalam rangka Hari Dana Anak Nasional. Pendidikan ini diperuntukkan bagi anak dengan kesulitan belajar tertentu atau disleksia dengan tujuan untuk menunjang perkembangannya.

Saat ini pendidikan khusus anak disleksia di Indonesia masih minim. Bahkan, mereka juga membutuhkan bantuan agar bisa menjadi anak terbaik di masa depan.

“Kami memiliki ‘gerakan perbedaan’ yang bertujuan untuk memberdayakan guru dan melalui literasi mengungkap potensi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar sehingga guru dapat memahami perbedaan gaya belajar anak dan mendukung kematangan sosial dan emosional,” kata Laurentia. .

Gerakan tersebut, kata Laurentia, bertujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di tiga bidang: literasi, matematika, dan pembelajaran sosial-emosional.

Ketiga hal tersebut, katanya, sangat mendasar, karena anak dengan kesulitan belajar tertentu biasanya memiliki kecenderungan emosi yang tidak terlalu baik dan tidak terkendali, apalagi anak penderita disleksia memiliki harga diri yang rendah, selalu merasa tidak mampu dan merasa mampu. tidak melakukan apa pun

Gerakan Bhinnka akan dilakukan secara bertahap di 23 kota di 11 provinsi di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan organisasi United Notice Kemampuan Dyslexia Network, kata Laurentia.

“Di setiap kota yang dikunjungi, kami akan bertemu dengan orang tua dan guru dengan tujuan menjangkau 2.000 orang untuk mengetahui bagaimana mereka dapat mengidentifikasi anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu,” ungkapnya.

Gerakan seperti ini bukannya tanpa tantangan besar. Secara teknis diperlukan dukungan dalam berbagai aspek, terutama di bidang pendidikan dan aspek terkait lainnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours