Antipasi Virus Mpox di Indonesia, Ini yang Dilakukan Kemenkes

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) semakin meningkatkan persiapan dalam melawan penyebaran virus cacar monyet (Mpox) di Indonesia. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah penyiapan 12 laboratorium yang tersebar di berbagai wilayah untuk mempercepat proses pengujian terhadap orang yang diduga terjangkit virus tersebut.

Dalam jumpa pers online, Minggu (18/8/2024), Plt Dirjen B2P Kementerian Kesehatan Yuthi Pramono mengatakan, terdapat puluhan laboratorium yang tersebar di beberapa kota besar yang terbagi dalam beberapa wilayah. Laboratorium Regional I berlokasi di Aula Laboratorium Kesehatan Masyarakat di Medan, Sumatera Utara, Regional II berlokasi di Batam, Kepulauan Riau.

Wilayah IV terletak di Jakarta dan Bangandaran di Jawa Barat, Wilayah V terletak di Yogyakarta dan Magelang di Jawa Tengah, Wilayah VI terletak di Surabaya di Jawa Timur, Wilayah VII terletak di Pulau Kalimantan yaitu Pancarbaru di Kalimantan Timur. Kemudian Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Regional VIII di Makassar dan Regional XI di Papua.

Sebagian besar wilayah ini mempunyai atau dilengkapi dengan reagen untuk pengujian Mpox. Sedangkan menurut Yudi, Wilayah III (Sumatera Selatan), Wilayah IX (Maluku), dan Wilayah X (Maluku Utara) masih dalam proses penyerahan. Kementerian Kesehatan yakin upaya menekan penyebaran virus Mpox di Indonesia dapat ditingkatkan dengan mengembangkan laboratorium kesehatan, karena hasilnya akan diketahui secara luas dan mempengaruhi upaya pengobatan. Di sisi lain, Yudhi mengatakan kesadaran masyarakat untuk segera memeriksakan diri dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika terjangkit gejala mirip Mpox juga menjadi faktor penyebabnya. Gejala Mpox atau cacar monyet antara lain timbul ruam dan luka pada wajah, tangan, kaki, badan, mata, mulut, atau alat kelamin. Kemudian gejala lainnya berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, lesu, nyeri otot dan punggung.

“Di Indonesia, seluruh 54 kasus terkonfirmasi Mpox yang memenuhi kriteria WGS berasal dari kelompok IIb pada tahun 2022, dengan tingkat kematian kasus yang rendah hingga saat ini,” ujarnya.

Inisiatif lain yang dilakukan Kementerian Kesehatan adalah memperketat program pemeriksaan kesehatan bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia (WNA), termasuk orang asing yang menjadi tamu negara untuk mencegah masuknya virus cacar monyet (monkeypox/Mpox).

“Meningkatkan kewaspadaan khususnya di titik-titik masuk negara, seperti membuat kuesioner bagi WNA yang diundang menjadi tamu negara,” kata Yudhi.

Menurutnya, banyak hal yang harus diisi oleh orang asing dalam kuesioner tersebut, seperti riwayat kesehatan, aktivitas kontak, dan tujuan perjalanan terakhir. Dengan begitu, pemerintah bisa mendapatkan lebih banyak informasi atau sejarah dari alien tersebut sehingga bisa lebih siap jika terjadi sesuatu.

“Setelah memetakan dari negara mana tamu tersebut berasal, kami mendapat informasi yang baik. Kalaupun sakit, tidak disarankan untuk melanjutkan perjalanan.

Karena pengawasan masih menjadi masalah, Indonesia perlu meningkatkan kesadaran, katanya. Selain itu, sebagai respons terhadap peningkatan kasus Mpox pada tahun ini, khususnya di Republik Demokratik Kongo, Afrika mencapai 2.999 kasus.

Menurut dia, peningkatan infeksi di negara-negara Afrika disebabkan oleh Mpox clade 1b yang lebih banyak menular secara seksual dan memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan 2b. Hal ini menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan global pada 14 Agustus 2024.

Menurutnya, imbauan WHO untuk tidak memberlakukan pembatasan terhadap pelancong internasional dan vaksinasi sebenarnya tidak menjadi prioritas, dan Kementerian Kesehatan harus mempertimbangkan mengapa sangat penting untuk memperketat pembatasan terhadap pengunjung asing. Apalagi masa inkubasinya maksimal 34 hari (paparan gejala) sehingga perlu kewaspadaan di seluruh wilayah yang masuk ke negara kita, ujarnya.

Kementerian Kesehatan secara umum mengklasifikasikan situasi Mpox di Indonesia pada tahun ini tergolong menurun dibandingkan data tahun sebelumnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Januari hingga Agustus 2024, tren kasus Mpox di Indonesia adalah 14 kasus terkonfirmasi dan 74 kasus terkonfirmasi. Sementara itu, 73 kasus terkonfirmasi dan 240 kasus suspek akan dikecualikan pada tahun 2023.

“Saya katakan itu clade IIb, angka kematiannya rendah. Jadi kita upayakan agar tidak masuk ke [klade 1b],” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours