Antisipasi banjir di Jakbar jadi salah satu indikator Proklim Nasional

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Upaya prakiraan banjir di wilayah Jakarta Barat menjadi salah satu indikator kajian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap Program Perkampungan Iklim Nasional (Proklim) tahun 2024.

Hal itu disampaikan anggota Tim Verifikasi KLHK, Grace Tri Aprilina saat verifikasi nasional Proklim 2024 di RW 06 Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu lalu.

“(Indikator) Misalnya aksi adaptasi perubahan iklim dengan membuat sumur resapan atau lubang biopori. Hal ini untuk mencegah lingkungan tergenang air saat hujan,” kata Tri di Jakarta, Rabu.

Ia mencontohkan, Proklim yang diluncurkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertujuan untuk mendorong masyarakat melakukan tindakan pengendalian lingkungan untuk mengurangi perubahan iklim.

Selain sinkhole, menurut Tri, mitigasi perubahan iklim juga dilakukan dengan melakukan penghijauan di sejumlah jalan agar lingkungan menjadi asri dan udara segar.

“Bagian lain dari Proklim adalah aksi dukungan keberlanjutan. Ini yang kami harapkan, selain masyarakat, juga dukungan dari pemerintah daerah, perusahaan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM),” ujarnya.

Ketua Rukun Warga (RW) 06 Kota Bambu Selatan (KBS) Muhamad Taufik menjelaskan, kegiatan Proklim di RW 06 seperti empat buah lampu penerangan bertenaga surya.

Posyandu, Posbindu, Bank Sampah dan layanan kebugaran ada di sini. Posyandu minggu pertama setiap bulan, pemilahan sampah dilakukan setiap hari Kamis, kata Taufik.

Unggulan kegiatan Proklim di RW 06 adalah Kebon Raya di RT 12/RW 06. Lahan warga seluas 200 meter itu digunakan untuk menanam berbagai tanaman produktif seperti bayam Brazil, cabai, jeruk, dan singkong.

Tak jauh dari Kebon Bayam, terdapat Gang Hijau yang terletak di empat kesatuan (RT) yang bertetangga yakni RT 1, 2, 11, dan 12.

“Gang Hijau merupakan salah satu andalan Proklim. Ada tanaman sayuran yang ditanam secara hidroponik, lubang biopori, pengomposan, dan tanaman obat keluarga,” ujarnya.

Berdekatan dengan Taman Toga terdapat taman baca yang diperuntukkan bagi anak-anak membaca berbagai jenis ilmu pengetahuan dan buku pelajaran.

Kemudian sekitar 100 meter di luar Alley Hijau terdapat kebun anggur dan rumah penyimpanan air. “Rumah Muhammad Nuh dijadikan contoh rumah yang hemat air. Saat hujan tidak langsung ke saluran air, tapi mengalir ke tanah,” kata Taufik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours