Antisipasi Karhutla, Pemerintah Harus Siapkan Langkah Penyiraman

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Pemerintah pusat dan pemerintah daerah diimbau segera melakukan tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal ini sebaiknya dilakukan sebelum musim kemarau.

Salah satunya adalah pengairan hutan di seluruh wilayah Indonesia, terutama yang rawan kebakaran. Mencegah kebakaran hutan dan lahan serta mengurangi penyebaran asap ke wilayah lain yang dapat menurunkan kualitas udara.

Bambang Haryo Soekartono (BHS), Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra, menyadari kualitas udara di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia semakin memburuk sejak Mei akibat kondisi kebakaran hutan.

“Dampak dari karhutla ini tidak sedikit. Dampak ini tidak hanya berdampak pada lahan dan makhluk hidup yang terbakar, namun juga kehidupan dan lingkungan yang jauh dari zona karhutla,” kata BHS, Senin (24/6). /2024).

Menurut dia, dampak daerah terpencil seperti asap kebakaran hutan atau lahan biasanya berlangsung lama, bahkan lebih dari 3 bulan.

“Asap dan kebakaran hutan bisa kemana-mana karena terbawa angin, misalnya jika terjadi kebakaran hutan di Sumatera maka asapnya bisa sampai ke Jakarta dan Jawa yang merupakan kota pesisir bahkan negara tetangga.”

Jadi jika kualitas udara di Jakarta buruk menurut BHS, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masalah lalu lintas atau lalu lintas dan industri, karena pencemaran kabut asap di wilayah Jakarta dan sekitarnya hanya terlihat pada musim kemarau, biasanya pada bulan Mei, Juni, Juli-September.

“Setelah musim hujan di bulan Oktober, kualitas udara di Jakarta dan sepanjang pantai di Jawa membaik, semua karena angin topan yang memenuhi Jakarta dengan asap hutan,” ujarnya.

BHS mengaku telah mengimbau pemerintah untuk proaktif menyikapi permasalahan kebakaran hutan dan lahan yang dapat berdampak pada kabut asap di wilayah Jakarta.

“Kementerian Lingkungan Hidup dan Perkebunan yang paling bertanggung jawab atas permasalahan ini, tidak hanya harus siap untuk melatih tim pemadaman hutan dan kebakaran, masyarakat tidak boleh menebang dan membakar lahan untuk membuka lahan, namun harus siap untuk melatih tim untuk melawan hutan dan kebakaran. Mengairi hutan atau titik panas,” imbuhnya.

Dijelaskannya, pengairan lahan atau hutan ini dilakukan oleh negara tetangga, Malaysia, Papua Nugini bahkan Timor Timur. Ketika terjadi kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2015, 2021, 2022, dan 2023, terbukti tidak ada satu pun titik panas di ketiga negara tersebut.

“Pemerintah di negara-negara ini memahami bahwa mereka perlu mengambil tindakan untuk mencegah kebakaran hutan karena tanah atau hutan basah, dan jika seseorang tiba-tiba meninggalkan area kebakaran, mereka tidak akan mudah terbakar karena basahnya dedaunan.” atau hutan. “80 persennya air, jadi tidak gosong. Tanaman ini toleransi airnya sekitar 21 hari, jadi kalau disiram dua minggu sekali tanaman akan tetap basah dan sulit terbakar,” kata BHS.

Politisi Gerindra ini menginformasikan, Kementerian LHK sudah mendaftarkan sekitar 20 pesawat air, namun mereka kurang aktif menyemprotkan air, bahkan saya sudah tanya ke Menteri LHK, katanya sulit mendapatkannya. Izin penerbangan dari Kementerian Perhubungan.

“Sangat menyedihkan, karena dengan mengalokasikan Rp 8 triliun, seharusnya bisa melindungi industri, dunia usaha, pariwisata, transportasi, kesehatan masyarakat, akibat kebakaran hutan dan tentunya kerugian” Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan mengabaikan wilayah dan itu akan berdampak baik bagi masyarakat,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah mulai melakukan penyiraman sekarang juga dengan memanfaatkan berbagai sektor masyarakat, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Tanaman.

“Kalau kita lihat data BMKG, titik api kebakaran hutan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, NTB, dan NTT terus meningkat. Saatnya bergerak dengan bantuan seluruh pemangku kepentingan, BNPB, BPBD, BMKG, TNI, dan Perhutani. semuanya menderita akibat kebakaran hutan. Mereka melakukan yang terbaik untuk melindungi diri mereka sendiri,” katanya.

“Kami tidak mengandalkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan, namun kami akan proaktif mencegah 22.000 kebakaran pada tahun 2015, termasuk hutan Perhutani,” kata BHS.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours