Apakah Kebiasaan Minum Manis Menyebabkan Cuci Darah?

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Kebiasaan minum yang manis-manis sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Dimana banyak orang yang mengonsumsi minuman manis seperti soda, jus buah kemasan, teh manis, kopi dengan tambahan gula dan minuman energi.

Meskipun minuman manis mungkin terasa nikmat untuk sesaat, namun dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan sangatlah signifikan. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah kebiasaan tersebut bisa menyebabkan seseorang menjalani cuci darah (hemodialisis).

Konsumsi minuman manis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal yang seringkali memerlukan cuci darah melalui beberapa mekanisme. Berikut hubungan minuman manis dengan penyakit ginjal dilansir Medical News Today, Senin (19/8/2024).

Apakah kebiasaan minum permen menyebabkan cuci darah?

1. Peningkatan risiko diabetes

Konsumsi minuman manis secara berlebihan telah terbukti secara ilmiah meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Kadar gula darah tinggi yang berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

2. Diabetes dan penyakit ginjal kronis

Diabetes adalah penyebab utama penyakit ginjal kronis (CKD). Jika pembuluh darah pada ginjal rusak, maka ginjal tidak dapat menyaring darah dengan baik. Hal ini menyebabkan penumpukan limbah dan cairan di dalam tubuh. Jika kerusakan ginjal terus berlanjut, penyakit ginjal kronis dapat berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir, sehingga memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.

3. Tekanan darah tinggi

Kebiasaan minum yang manis-manis juga dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi). Minuman manis seringkali mengandung fruktosa yang dapat merangsang produksi asam urat yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah. Hipertensi adalah faktor risiko utama lainnya untuk penyakit ginjal kronis. Seperti halnya diabetes, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah di ginjal.

4. Sindrom metabolik

Minuman manis berkontribusi terhadap perkembangan sindrom metabolik, suatu kondisi yang ditandai dengan kombinasi tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal. Sindrom metabolik secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan ginjal.

5. Obesitas

Minuman manis mengandung kalori tinggi yang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya diabetes tipe 2 dan hipertensi, yang keduanya dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

6. Kerusakan langsung pada ginjal

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi fruktosa berlebihan yang banyak ditemukan pada minuman manis dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif pada ginjal. Hal ini dapat mempercepat kerusakan ginjal dan berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ginjal kronis.

Proses penyakit ginjal akibat minuman manis

Konsumsi minuman manis secara berlebihan dapat memicu proses yang berujung pada penyakit ginjal. Jika seseorang sering mengonsumsi minuman manis, kadar gula darahnya akan meningkat.

Peningkatan gula darah ini dapat menyebabkan resistensi insulin, dimana tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin sehingga sulit mengontrol gula darah. Akibatnya, ginjal harus bekerja lebih keras menyaring kelebihan gula dari darah.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Pada penyakit ginjal kronis stadium lanjut, pasien mungkin perlu menjalani cuci darah untuk membersihkan darah dari limbah yang tidak dapat dikeluarkan tubuh secara alami.

Cara mencegah penyakit ginjal

Untuk menjaga kesehatan ginjal dan mengurangi risiko harus menjalani cuci darah, penting untuk mengurangi asupan minuman manis dan menjalani gaya hidup sehat. Di antaranya dengan menjaga pola makan seimbang, rutin berolahraga, memantau kadar gula darah dan tekanan darah, serta menjaga berat badan ideal.

Jika Anda memiliki faktor risiko atau kondisi kesehatan yang berhubungan dengan ginjal, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penatalaksanaan dan pengobatan yang tepat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours