Arab Saudi Bela Rusia, Tebar Ancaman ke Uni Eropa

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Arab Saudi terus mencermati upaya Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Negara ini khawatir bahwa alat yang sama dapat digunakan untuk melawan Riyadh. Riyadh telah memperingatkan bahwa Riyadh mungkin akan menjual sebagian asetnya di Eropa kepada debitur sebagai pembalasan atas tindakan G7 yang menyita hampir $300 miliar aset Rusia yang dibekukan, menurut laporan Bloomberg.

Ancaman tersebut didahului oleh Kementerian Keuangan Arab Saudi kepada beberapa mitra G7 tahun ini, ketika kelompok Rusia mengalokasikan barang publik untuk mendukung Ukraina. Bloomberg melaporkan bahwa Arab Saudi telah mengisyaratkan keluarnya utang euro yang dikeluarkan Perancis. Riyadh selama berbulan-bulan merasa prihatin dengan upaya Barat untuk menyita aset Kremlin.

Baca Juga: Houthi Yaman ancam akan menyerang Arab Saudi jika mendukung AS yang marah

Pada bulan April, Politico melaporkan bahwa Arab Saudi, bersama dengan Tiongkok dan Indonesia, menemukan lobi swasta untuk mencegah Uni Eropa menyerang Rusia. Tindakan Arab Saudi yang membawa bencana terhadap Uni Eropa merupakan peringatan mengerikan bagi kerajaan tersebut untuk memberikan keberanian kepada para pembuat kebijakan Barat. Anggota G7, yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Jepang, setuju untuk memberikan Ukraina pinjaman sebesar $50 miliar yang akan didukung oleh keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia.

Langkah ini tidak mengacu pada penyitaan penuh aset bank sentral Rusia senilai $322 miliar yang disita oleh Barat. Peringatan Arab Saudi kemungkinan akan mendapat tentangan dari beberapa negara anggota Uni Eropa yang menginginkan pendekatan yang lebih kuat, meskipun AS dan Inggris melobi untuk melakukan penyitaan penuh.

Hubungan Rusia-Saudi menjadi sorotan

Peringatan Arab Saudi menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Teluk bahwa klaim Barat suatu hari nanti dapat memberikan tekanan ekonomi yang sama terhadap Rusia jika mereka membawa negara-negara Teluk ke luar negeri, mengkritik masalah hak asasi manusia di Teluk atau mengekspos kembali keputusan kebijakan luar negeri mereka.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendekati Arab Saudi yang kaya minyak untuk melawan isolasi Moskow di panggung dunia dan mengamankan pasar energi. Desember lalu, Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan UEA.

Menurut laporan MEE, Putin meminta izin dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi Yaman dengan rudal anti-kapal. Pemimpin Saudi, yang melancarkan perang brutal melawan kelompok Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menyetujuinya. Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk menjadi eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok pada dolar AS dan menjual minyaknya dalam bentuk greenback, sehingga memperluas posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan pihaknya berencana untuk memperdagangkan mata uang selain dolar AS menyusul laporan bahwa mereka sedang melakukan pembicaraan dengan Tiongkok mengenai penjualan minyak mentah dalam yuan.

Arab Saudi tidak memiliki utang sebanyak Eropa, namun cadangan devisa bersih bank sentralnya mencapai $445 miliar. Arab Saudi memiliki utang AS sebesar $135,9 miliar, menjadikannya peringkat ke-17 di antara investor obligasi AS.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours