Bahaya Stres Bagi Otak Manusia, Jangan Anggap Remeh

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bukan rahasia lagi jika stres bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia. Namun, studi yang dilakukan peneliti Karolinska Institutet menunjukkan betapa berbahayanya stres bagi otak manusia.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the Alzheimer’s Association menemukan bahwa stres dapat menurunkan cadangan kognitif otak dan menyebabkan peningkatan risiko demensia. Cadangan kognitif berperan sebagai penyangga mental yang dapat melindungi otak dari gejala demensia.

“Melakukan aktivitas seperti belajar dan bekerja justru dapat membangun cadangan kognitif,” kata penulis utama Manasa Shanta Yemalla, menurut temuan penelitian tersebut Kamis (6/6/2024).

Sebagai solusinya, Yeramalla menekankan pentingnya manajemen stres yang disesuaikan dengan kepribadian dan kebutuhan setiap orang. Strategi manajemen stres juga merupakan intervensi gaya hidup tambahan untuk mencegah Alzheimer.

Studi ini meneliti laporan pasien dengan demensia sejak akhir tahun 1980an. Telah ditemukan bahwa beberapa orang yang tidak menunjukkan tanda-tanda demensia yang jelas selama hidupnya mengalami perubahan otak yang konsisten dengan penyakit Alzheimer stadium lanjut. 

Hal ini menimbulkan pertanyaan baru mengenai demensia: Jika otak mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit, mengapa mereka tidak mengalami gejalanya? Penelitian ini mengarah pada konsep “cadangan kognitif”—gagasan bahwa pengalaman dan perilaku hidup tertentu dapat membangun pertahanan psikologis yang melindungi dari penurunan kognitif.

Para peneliti dari Karolinska Institute menyelidiki masalah ini lebih dalam. Mereka merekrut 113 peserta dari klinik memori di Rumah Sakit Universitas Karolinska di Swedia untuk memeriksa bagaimana cadangan kognitif berhubungan dengan kognisi dan biomarker penyakit Alzheimer. Namun, mereka menambahkan perubahan unik pada penelitian mereka dengan meneliti bagaimana stres dapat memengaruhi hubungan.

Tim Yermala mengukur dua jenis stres: stres fisiologis (menggunakan kadar kortisol dalam air liur) dan stres psikologis (bagaimana perasaan stresor). Kortisol sering disebut “hormon stres” karena kadarnya meningkat saat stres. Bayangkan kortisol sebagai sistem peringatan internal tubuh. Hasilnya menunjukkan bahwa cadangan kognitif meningkatkan lebih banyak kognisi, namun tingkat kortisol yang lebih tinggi memoderasi hubungan yang menguntungkan ini. Para peneliti mengatakan: stres seolah-olah secara perlahan mengikis lapisan pelindung benteng mental mereka.

Temuan ini membuka cara baru yang menarik untuk mencegah Alzheimer. Menurut para peneliti, intervensi pengurangan stres seperti latihan meditasi, yang dapat menurunkan kadar kortisol, dapat digunakan untuk mencegah demensia atau Alzheimer. 

 

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours