Bahlil: Ekonomi Indonesia “survive” dari gejolak geopolitik global

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Menteri Investasi/Ketua Badan Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berjalan baik meski secara geografi politik global.

Bahlil mengatakan di sela-sela pelantikan Dewan Pimpinan Pusat (DPP): “Dalam sejarah konflik global yang meletus sejak tahun 2019, Indonesia selalu terdampak (epidemi) COVID-19. . Asosiasi Pengusaha Jasa Makanan (APJI) Tahun 2024 – 2029 di Jakarta, Kamis malam.

Menurut Bahlil, fundamental perekonomian Indonesia tetap kuat meski ada ketidakpastian perekonomian akibat gejolak geopolitik global.

Bahlil menyebutkan potensi global yang dapat mengancam perekonomian Indonesia, seperti perang dagang AS-China, pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, perang Ukraina-Rusia-Palestina-Israel, dan melemahnya nilai tukar rupiah.

“Dan sekarang sedang terjadi perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Hal ini berdampak besar pada ketidakpastian posisi perekonomian dunia. Yang jelas saat ini harga minyak masih tinggi dan nilai tukar rupee kita kini sudah mulai naik. Naik turun,” kata Bahlil.

Pak Bahlil mengungkapkan, meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap layak karena didukung oleh peran UMKM yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

“Kenapa bertahan? Ada tiga formula keadaan pertumbuhan ekonomi kita yang didorong oleh penggunaan investasi dan ekspor-impor. 53 persen konsumsi, 30 persen investasi, dan 61 persen PDB. Total kita dari UMKM, dan UMKM ini punya kontribusinya sangat besar,” kata Bahlil.

Ia mengatakan, usaha kecil dan menengah sendiri menyumbang 61 persen produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan sekitar 97 persen tenaga kerja dalam negeri.

Pak Bahlil mengatakan: “Oleh karena itu, dalam menghadapi krisis ekonomi global yang tidak menentu, fundamental perekonomian kita kuat dan kontribusi UMKM berasal dari 130 juta jiwa di Indonesia dan 120 juta jiwa. Masyarakat adalah UMKM”.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Bank Dunia telah mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 menjadi 5,1 persen dari 4,9 persen.

Bank Dunia baru saja menaikkan perkiraan pertumbuhan Indonesia pada tahun 2024 dari 4,9 persen menjadi 5,0 persen dan untuk tahun 2025 dari 4,9 persen menjadi 5,1 persen. Di tengah perekonomian global dengan tekanan inflasi yang tinggi, laju inflasi Indonesia tetap berada dalam target. kisaran di bawah 3 persen,” kata Airlangga dalam konferensi pers kondisi perekonomian terkini dan RAPBN tahun 2025 di Jakarta, 24/6).

Airlangga juga menyatakan, kondisi dasar makroekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain (sesama).

Dia mencontohkan neraca transaksi berjalan Indonesia yang defisit sebesar 0,64 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih aman dibandingkan negara lain seperti Chile yang minus 4,40 persen dan India minus 3,32.

“Jadi negara seperti Indonesia lebih baik dari negara ASEAN lainnya kecuali Thailand,” ujarnya. “Kemudian dengan peringkat yang baik kita juga mempunyai inflasi yang baik dibandingkan negara lain.”

Airlangga mengatakan, sektor riil Indonesia menunjukkan prospek perekonomian yang baik, disusul dengan aktivitas industri dan konsumsi Indonesia yang tetap kuat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours