Bahlil: Harus Pakai Hati Mengurus Hak-Hak Masyarakat di Lokasi Tambang

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan, terkait visi Indonesia maju dan berkelanjutan, sektor yang dipimpinnya mempunyai peranan penting. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Isu hari ini adalah tentang transfer energi. Topiknya adalah bagaimana menjadikan lingkungan lebih hijau. Jadi ini tentang kehidupan selanjutnya.

“Kita punya peran besar dalam industri ini,” kata Bahlil dalam pidato peringatan HUT Pertambangan dan Energi ke-79 di Monas, Jakarta, Kamis (10/10/2024).

Ia mengajak seluruh konstituen ESDM untuk bekerja keras. Pentingnya kerjasama untuk kebaikan bersama. Ini mencakup keadaan dunia pertambangan.

Bahlil mengaku sudah mendengar komentar dari negara tersebut. Pasti di tambang. Ia mengatakan, masyarakat ingin semuanya terurus dengan baik.

“Saya berangkat hari ini dengan sangat bahagia. Banyak harapan dari masyarakat sekitar pertambangan. Kita harus menggunakan hati kita untuk melindungi mereka. Jangan membebani hak-hak masyarakat setempat. Sebagai manusia saya perintahkan dari negara” Kita tidak akan terus dimusuhi oleh saudara-saudara kita,” kata pria yang menjabat Ketum Golkar itu.

Lalu tentang perubahan iklim. Ini adalah masalah global. Semua orang berdiskusi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menilai hal ini penting. Selain itu, negara ini mempunyai tujuan besar. Bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.

“Kita perlu melakukan perubahan energi dan di sisi lain kita menghadapi permasalahan terkait ladang minyak kita dan banyaknya gas yang kita impor. Hal-hal tersebut perlu kita selesaikan,” kata Bahlil.

Menteri ESDM menegaskan pemerintah harus tetap berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan. Sekaligus juga cocok untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Sebelumnya, dalam konferensi yang digelar di Museum Jakarta, Bahlil mengungkap fakta produksi minyak jauh dari kebutuhan nasional. Ia menemukan permasalahan banyaknya sumur yang tidak dapat didaur ulang (idle), dan sulitnya izin eksplorasi.

Dari situ ia membuat larutan dengan bahan berbeda. Dua di antaranya, merehabilitasi sumur-sumur menganggur. Kemudian, mudah untuk memotong kesenjangan tersebut.

Kemudian dari sektor gas, ia memperkirakan surplus akan terjadi pada tahun 2026 atau 2027. Namun masih terdapat tantangan. Hal ini berlaku untuk LPG yang harus diimpor untuk memenuhi konsumsi nasional.

Oleh karena itu, pemerintah akan meningkatkan penggunaan propana (C3) dan butana (C4) sebagai umpan gas khusus Liquefied Petroleum Gas (LPG). Dari sumber daya yang tersedia, menurut Bahlil, bisa diperoleh produksi dalam negeri sebanyak 1,8 juta ton. Oleh karena itu, kapasitas produksi LPG tidak menutup kemungkinan di bawah 3,6-3,7 juta ton per tahun. Kemajuan lainnya adalah mendorong pengembangan industri gas alam untuk bangunan (Zargas).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours