Bahlil: Hilirisasi Indonesia mampu produksi emas 78 ton di era Jokowi

Estimated read time 3 min read

Jakarta dlbrw.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengumumkan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) hilirisasi Indonesia mampu menghasilkan 78 ton emas.

Berbicara pada Konferensi Nasional dan Malam Penghargaan REPNAS di Jakarta, Senin, Bahlil mengatakan hal itu bisa dicapai setelah Presiden Joko Widodo berhasil mengajak PT Freeport membangun smelter skala besar yang bisa memisahkan konsentrat emas dan tembaga.

“Dari presiden pertama hingga presiden terakhir, Pak Jokowi-lah yang bisa meminta separuh uang Freeport untuk membangun smelter skala besar, dan sejauh produk itu bisa memisahkan emas dari konsentrat tembaga, itu Pak Jokowi. . Ini sejarah,” kata Bahlil.

Bahlil mengungkapkan, semasa masih di Papua, sering terjadi protes terhadap operasional Freeport Indonesia karena diduga memproduksi lebih dari sekedar konsentrat tembaga.

“Waktu saya di Papua, kami selalu protes ke Freeport. Mungkin mereka tinggalkan konsentrat, tidak hanya tembaga, dan lain-lain. Kenapa, karena kami tidak punya smelter,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, saat itu Freeport hanya bisa memproduksi tembaga dari turunan smelternya yang bekerja sama dengan Jepang. Sedangkan anoda dan emas belum bisa diolah.

Bahlil menjelaskan, pada tahun 2021, saat masih menjabat Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), bersama Menteri ESDM, ia meminta PT Freeport membangun smelter dengan total investasi sebesar $3 miliar. .

“Total investasinya $3 miliar, dan sekarang (pabrik pengecoran) sudah terbuka dan merupakan pabrik sistem single-line terbesar di dunia,” jelas Bahlil.

Menurutnya, hasil tersebut belum pernah terjadi sebelumnya sejak masa presiden pertama RI. Di bawah kepemimpinan Jokowi, Indonesia memiliki dua smelter yang bisa mendukung hilirisasi, yaitu smelter Freeport Indonesia di Gresik dan smelter Amman Mineral di Sumbawa Barat.

Sebab, sebelum tanah air punya smelter, produk tembaga dengan kemurnian 99 persen itu masih harus dikirim ke luar negeri, seperti Filipina dan Thailand, sehingga Indonesia belum bisa membeberkan berapa kandungan emas dalam konsentrat tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan awak media saat menghadiri Konferensi Nasional dan Penghargaan REPNAS di Jakarta, Senin (14/10/2024). ANTARA/Harianto/aa.

Bahlil mengatakan, sekitar 60 ton emas dan 900.000 anoda tembaga serta produk turunannya dibuat dari 3 juta ton konsentrat tembaga yang diolah di smelter Freeport Indonesia di Gresik.

Sedangkan smelter Amman Mineral di Sumbawa Barat mampu memproduksi 220.000 ton tembaga dan 18 ton emas dari 900.000 ton konsentrat.

“Jadi kita sudah punya 78 ton emas per tahun dari kedua industri ini. Kalau tidak di bawahnya, bagaimana kita tahu tentang hal itu?” kata Bahlil.

Bahlil menegaskan, jika investor ingin berkontribusi dalam pembangunan Indonesia, sangat diperbolehkan. Pemerintah menciptakan peluang kerja sama dengan pihak-pihak terkait teknologi, permodalan, dan pasar.

Namun, pemerintah tidak lagi menerapkan pendekatan lama, melainkan fokus pada kerja sama yang saling menguntungkan. Indonesia menyediakan bahan mentah, sementara investor mendatangkan teknologi dan membangun industri di dalam negeri.

Harapannya, dengan regulasi yang baik, kerjasama ini dapat menciptakan area pertumbuhan ekonomi baru. Pemerintah ingin memastikan bahwa investasi tersebut memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian lokal dan memperkuat pembangunan nasional.

“Kedepannya Insya Allah kita tidak lagi menggunakan cara-cara lama, kita mau bapak-bapak, kita punya teknologinya, kita punya modalnya, kita punya pasarnya, kita punya bahan bakunya, jadi kalau mau kerja sama. ayo bawa teknologimu ke sini, bangun industri di sini. “Kita perlu membuat peraturan yang tepat untuk menciptakan area pertumbuhan ekonomi baru,” kata Bahlil.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours