Baketrans Kemenhub uji coba penerbangan seaplane di Bali

Estimated read time 3 min read

Denpasar (Antara) – Badan Kebijakan Transportasi (Bektrans) Kementerian Perhubungan melakukan uji terbang pesawat amfibi atau seaplane di Pantai Maratasari, Denpasar, Bali.

CEO Bektrans Robbie Kurniawan di Denpasar, Kamis, mengatakan uji terbang pesawat amfibi tersebut dilakukan untuk menjadikan kawasan Denpasar sebagai pusat pesawat amfibi pertama di Indonesia yang nantinya akan terkoneksi dengan lokasi potensial lainnya.

“Kegiatan ini merupakan tes kedua yang sebelumnya dilakukan di Pulau Gili Iang, Sumenepa, Jawa Timur pada tahun 2021. Uji coba pesawat amfibi ini merupakan bagian dari operasi pelabuhan quick win Bectrans pada tahun 2024. lanjutannya,” ujarnya.

Robby Kurniawan menjelaskan, bandara air mempunyai potensi dan peluang bagi Indonesia karena dapat menjadi alternatif transportasi dan menghubungkan ibu kota provinsi atau kota besar dengan kota lainnya.

Selain itu, pelabuhan juga dapat berfungsi sebagai penghubung penumpang dari bandara pusat menuju destinasi wisata perairan, serta sebagai penghubung transportasi utama wilayah kepulauan dan kepulauan, khususnya di wilayah 3T.

“Beroperasinya bandara laut dan pesawat amfibi di negara kepulauan seperti Indonesia, selain dapat meningkatkan konektivitas, juga dapat menjadi peluang baru untuk menarik wisatawan ke wilayah Indonesia dan mengembangkan lokasi pariwisata di wilayah tersebut,” ujarnya.

Ia mengungkapkan hal itu pada tahun 2024 Baketrans akan melakukan analisis strategis dan studi kelayakan pengoperasian bandara perairan umum, dengan tujuan pilot project di wilayah selatan Bali yang nantinya akan menjadi hub.

Berdasarkan studi tahun 2024 yang dilakukan Baketrans, Kementerian Perhubungan dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Pulau Bali terpilih menjadi pulau dengan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara tertinggi ke Indonesia.

“Bali sudah mempunyai pangsa pasarnya, industri penerbangan di Bali saat ini luar biasa, angkutan carter helikopter sangat berkembang dan peminatnya banyak, sehingga pesawat amfibi ini bisa menjadi pilihan,” ujarnya.

Robi menambahkan, Becktrans menjajaki lima lokasi di semua aspek, yakni Danau G20, Pantai Jerman, Pantai Sanur, Pantai Geiger, dan Pantai Martasari.

Berdasarkan hasil penelitian, lokasi yang dipilih dengan potensi pemanfaatan, pengembangan wilayah, ekonomi dan keuangan, perkembangan teknologi, transportasi udara, nilai lingkungan dan sosial yang paling tinggi adalah Pantai Martasari.

Baketrans mengkaji seluruh peraturan pengoperasian pesawat amfibi, menyusun prosedur operasi standar dan NSPK, serta standar minimum yang diperlukan untuk pembangunan bandara umum pesawat amfibi.

Kepala Pusat Integrasi Kebijakan dan Rezim Infrastruktur Transportasi dan manajer uji pesawat amfibi yang menerbangkan pesawat amfibi Cessna 172SP, Capt. Novyanto Vidadi mengatakan, pesawat amfibi tersebut berhasil dan aman diuji di pantai Mertasari.

Berdasarkan hasil hari ini dan sebelumnya yang juga dilakukan di Pulau Gili Iang, kami melihat tidak ada kendala regulasi dalam pelaksanaan operasi ini dari segi navigasi dan teritorial, ujarnya.

Ia mengatakan, selain kapal laut, pesawat amfibi atau seaplane menjadi satu-satunya transportasi alternatif yang bisa menghubungkan air dan udara.

Menurutnya, bagi Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan, pesawat amfibi bisa menjadi salah satu alternatif transportasi air.

Ia menjelaskan, bandara pesawat amfibi sebagai fasilitas pangkalan utama penerbangan pesawat amfibi juga dinilai efisien dan ramah lingkungan, dengan kombinasi kecepatan dan fleksibilitas.

“Selain menghubungkan ke daerah terpencil dan mengurangi saturasi lalu lintas udara, bandara air juga mengurangi ketergantungan terhadap daratan,” jelas Novento Vidadi.

Saat ini, Indonesia memiliki lima bandara perairan (berstatus khusus) di Pulau Bawa, Teluk Pangpang di Banyuwangi, Sungai Kahayan, Pulau Bennett, dan Pulau Moyo.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours