Bangun Kapasitas untuk Dorong Inovasi: Rekapreneur dan Kedaireka Academy sebagai Katalis Ekosistem Inovasi Indonesia

Estimated read time 5 min read

JAKARTA – Indonesia berada pada titik di mana kolaborasi inovasi antara akademisi dan industri semakin penting. Dalam konteks ini, dua program penting, Rekapreneur dan Kedaireka Academy, muncul sebagai inisiatif yang menjembatani kesenjangan antara pendidikan tinggi dan dunia industri.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiritek) Abdul Haris mengatakan penting untuk membangun kapasitas yang kuat pada seluruh elemen ekosistem inovasi.

“Program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy dirancang untuk memungkinkan akademisi dan praktisi industri dapat bekerja sama secara lebih efektif. Dengan skill yang tepat, kita dapat memastikan bahwa kolaborasi ini tidak hanya menghasilkan ide-ide cemerlang, namun juga solusi yang dapat diimplementasikan dan mempunyai dampak positif. nyata. berdampak pada kemajuan Indonesia,” ujarnya.

Namun keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada upaya membangun kapasitas yang memadai bagi personel universitas dan industri untuk berkolaborasi. Apa yang menjadikan kemampuan ini begitu penting, dan bagaimana hal tersebut dapat memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia?

Membangun kecerdasan dan keterampilan kolaborasi

Rekapreneur sebagai program yang memberikan kegiatan konsultasi antara proposal yang diajukan oleh universitas dengan mitra komersial dan industri di masa depan, memiliki tujuan utama untuk menciptakan saling pengertian. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman praktis di dunia akademis dalam membangun kemitraan yang efektif dengan industri.

Matrissya Hermita, Direktur PMO Kedaireka 2024, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya mempertemukan akademisi dan industri, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjalin kemitraan yang sukses.

Demikian pula Akademi Kedaireka, yang memberikan pelatihan dan pendampingan mendalam, menghadapi tantangan rumitnya proses pengajuan Dana Pendampingan (PDP). Proses ini memerlukan pemahaman menyeluruh tentang strategi kolaboratif, kepatuhan terhadap peraturan, dan penyelarasan dengan standar DIKTI.

“Di Kedaireka Academy, kami memastikan peserta memahami setiap langkah proses dan memiliki panduan yang jelas untuk mencapai tujuan mereka,” tambah Matrissya.

Kolaborasi yang sukses memerlukan pemahaman dan pemahaman yang kuat antara semua pihak yang terlibat. Di sinilah kapasitas menjadi kuncinya. Recapreneur membantu menjembatani kesenjangan ini dengan membangun komunikasi yang efektif dan keselarasan tujuan antara mitra akademis dan industri sebelum membuat perjanjian atau kolaborasi apa pun.

“Keselarasan tujuan antara akademisi dan industri menjadi landasan keberhasilan kolaborasi. Hal ini yang selalu saya tekankan dalam setiap sesi penyuluhan,” kata Matrissya Hermita.

Kedaireka Academy, di sisi lain, memastikan bahwa universitas dan mitra bisnis berada pada jalur yang sama dalam hal ekspektasi, jadwal, dan hasil proyek. Hal ini sangat penting mengingat kolaborasi yang tidak selaras dapat menyebabkan kegagalan proyek dan hilangnya peluang pendanaan.

Meningkatkan tingkat keberhasilan proposal

Keberhasilan memperoleh pendanaan melalui Program Dana Pendamping (PDP) sangat bergantung pada kualitas proposal yang diajukan. Untuk membantu akademisi dan mitra industri mengembangkan proposisi kompetitif, program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy memberikan pendampingan intensif dan pelatihan mendalam. Di Rekapreneur, peserta diajarkan untuk menyelaraskan tujuan akademis mereka dengan kebutuhan industri sejak awal proses, memastikan bahwa proposal mereka relevan dan berpotensi untuk diterapkan secara praktis.

Akademi Kedaireka, sebaliknya, berfokus pada strategi penulisan proposal yang efektif. Peserta diberikan pemahaman yang baik mengenai struktur dan elemen penting sebuah proposal, termasuk bagaimana membangun argumen yang kuat dan merancang rencana anggaran yang realistis. Selain itu, pelatihan ini juga menekankan pentingnya pemahaman kriteria evaluasi yang digunakan DIKTI, sehingga peserta dapat menyesuaikan proposalnya dengan standar yang diharapkan.

Program-program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta dalam mengajukan proposal. Banyak akademisi yang merasa kurang percaya diri untuk menjalin kemitraan dengan industri atau mengembangkan proposal yang memenuhi standar pemerintah. Melalui bimbingan yang komprehensif, peserta didorong untuk percaya pada kemampuannya, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas proposal yang mereka presentasikan.

Dengan pendekatan penyusunan proposal yang tepat, diharapkan tingkat keberhasilan perolehan pendanaan akan meningkat. Hal ini tidak hanya menguntungkan para pemrakarsa, namun juga memberikan dampak positif yang lebih luas terhadap ekosistem inovasi di Indonesia, memungkinkan lebih banyak proyek inovatif dapat dilaksanakan dan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.

Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan, keberhasilan perolehan pendanaan seperti melalui program Dana Pendampingan sangat bergantung pada kualitas proposal yang disampaikan. .

“Melalui program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, kami berkomitmen untuk membekali akademisi dan mitra industri dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan proposal yang kompetitif dan relevan. “Dengan pendampingan intensif dan pelatihan mendalam, kami berharap dapat meningkatkan kualitas proposal dan , pada gilirannya, mendukung keberhasilan inovasi yang berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia,” jelasnya.

Kontribusi terhadap ekosistem inovasi Indonesia

Apa dampaknya terhadap ekosistem inovasi Indonesia secara keseluruhan? Jawabannya terletak pada kemampuan program-program ini untuk memfasilitasi inovasi yang berkelanjutan. Dengan meningkatkan kapasitas, Rekapreneur dan Kedaireka Academy memungkinkan peserta untuk berpikir kreatif dan mengembangkan solusi yang relevan terhadap tantangan dunia nyata.

Berdasarkan laporan Global Innovation Index 2023, Indonesia masih menduduki peringkat 87 dari 132 negara dalam hal inovasi. Namun, dengan inisiatif seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan posisi tersebut dengan menciptakan sinergi yang lebih baik antara akademisi dan industri.

Pada akhirnya, program yang dikelola dengan baik akan menghasilkan proyek yang berkelanjutan dan menarik investasi jangka panjang. Dalam konteks ini, peningkatan kapasitas tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, namun juga menciptakan landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekosistem inovasi yang lebih luas di Indonesia.

“Kami berharap program-program ini dapat melahirkan inovasi-inovasi yang tidak hanya berdampak lokal, tapi juga potensi global. Ini merupakan perjalanan jangka panjang dan kami berkomitmen untuk mendukung setiap langkahnya,” kata Matrissya Hermita.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours