Bank Jago sebut peran nasabah penting untuk hindari kebocoran data

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Direktur PT Bank Jago Tbk Umakanth Rama Pai mengapresiasi peran penting nasabah dan masyarakat dalam mencegah kebocoran dan pencurian data menimpa mereka.

“Yang paling penting adalah masyarakat sadar akan risiko dunia maya yang mereka hadapi. Pahami juga cara memprediksi, menyikapi, dan melaporkan, kata Umakanth dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Salah satu ancaman di dunia cyber adalah penipuan rekayasa sosial. Cara ini menjadi semakin populer karena meluasnya penggunaan jejaring sosial.

Terkait hal ini, menurut Umakanth, upaya pencegahan terbaik adalah dengan meningkatkan kewaspadaan dan kewaspadaan masyarakat, karena rekayasa sosial menggunakan teknik phishing untuk membodohi masyarakat.

Sedangkan untuk Jago Bank sendiri, kata Umakanth, bank juga selalu mengedukasi nasabah dan masyarakat, serta mengembangkan kesadaran dan budaya keamanan.

Sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem digital, Umakanth mengatakan Bank Jago melindungi nasabah dan banknya dari ancaman dunia maya dengan membangun kerangka dan sistem manajemen risiko. Sistem keamanan yang kuat serta menyempurnakan kebijakan dan strategi anti-penipuan yang berkelanjutan.

Dengan kerangka yang kokoh, Bank Jago memiliki kesiapan dan kecepatan dalam mengidentifikasi dan merespons potensi serangan.

Di sisi lain, Bank Jago juga menggunakan kecerdasan buatan (AI) sehingga mengubah pendekatan manajemen risiko dari proaktif menjadi adaptif karena bank dapat mengenali ancaman siber berdasarkan model ancaman dan penilaian aset yang akurat.

“Belajar dari pengalaman masa lalu dan memetakan ancaman saat ini, kami juga melakukan pengembangan berkelanjutan,” kata Umakanth. “Jadi, setiap produk atau proses baru yang direncanakan harus menjalani pengujian keamanan siber untuk menentukan seberapa rentan atau kuatnya produk atau proses tersebut terhadap ancaman siber.”

Sementara itu, Head of Risk for Southeast Asia Visa, Louis Smith, kembali menegaskan, terdapat sembilan jenis ancaman siber dari tiga kelompok kejahatan digital besar yang perlu diketahui oleh masyarakat, khususnya pemasok, penyedia layanan keuangan dan perbankan.

Kelompok pertama melibatkan penipuan melalui manipulasi sosial, pelanggaran data pribadi (serangan enumerasi), manipulasi token atau pengidentifikasi digital (layanan token), dan peretasan dengan malware (skimming dan malware).

Selanjutnya, kelompok kedua terlibat dalam pencucian uang penjahat dan pendanaan terorisme. Metode kriminal mencakup penyembunyian, pengangkutan dan penggunaan hasil kejahatan melalui transaksi komersial yang sah (pencucian uang) dan perampasan rekening individu atau organisasi untuk pengendalian aset mereka (perampasan rekening).

Kemudian kelompok ketiga masuk dalam kategori serangan siber. Bentuk kejahatannya antara lain pembobolan data rahasia, serangan penolakan layanan atau penolakan layanan terdistribusi (DDoS), dan penguncian data pelanggan perusahaan atau organisasi untuk kemudian dijual (ransomware).

“Saya pikir ini adalah ancaman yang sangat besar dan sekarang kita berbicara tentang betapa mudahnya menargetkan Anda sebagai konsumen,” kata Louis.

Terakhir, beliau mengingatkan semua perusahaan yang sering menjadi sasaran serangan siber dan pembobolan data, terutama perbankan, bahwa penting untuk memiliki tim keamanan siber dan anti-penipuan yang dapat bekerja sama dan mengembangkan strategi keamanan yang dapat melindungi mereka. Risiko kejahatan keuangan digital yang berbeda-beda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours