Bapanas: Ekosistem gula harus diperkuat penuhi kebutuhan nasional

Estimated read time 4 min read

Jakarta (Antara) – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan penguatan ekosistem gula secara modern penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan negara.

“Ekosistem gula tanah air perlu semakin diperkuat. Salah satunya bersama teman-teman APTRI atau Gabungan Petani Tebu Rakyat Indonesia,” kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menurut Arief, lini produksi tersebut harus dibangun untuk memperkuat ekosistem gula nasional, khususnya bagi petani tebu skala kecil. Ketika petani tebu bergairah dalam bercocok tanam dan berproduksi, maka kemandirian pangan dalam konsumsi gula dapat terwujud.

“Dengan harga yang bagus, petani juga bisa menyuplai pabrik gula. Jadi petani senang, pabrik gula semakin modern, kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Ini luar biasa,” ujarnya.

Arief mengaku mengunjungi Pabrik Gula (PG) Baru Krebet di Malang, Jawa Timur pada Kamis (4/7). Dia mengawasi produksi gula di pabrik.

Selain itu, kata Arief, ketika produksi lokal meningkat maka pasokan gula konsumen untuk kebutuhan lokal dapat terjamin.

Yang pertama kita bangun ekosistem pangan khususnya gula, mulai dari produksi tebu hingga menjadi gula. Kita kendalikan harga gula itu di Petani. level, lalu di hilir, harga juga kita kendalikan, jaga dengan baik,” lanjutnya.

Menurutnya, jika petani giat menanam (nandur) dan harga bagus, maka gairah petani untuk menanam akan terus ada dan hasil peningkatan produksi akan lebih baik.

“Ini kemandirian pangan, memberikan petani harga bagus, petani semangat menanam,” imbuhnya.

Berdasarkan Statistik Tebu Indonesia 2022 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada November, produksi gula pada tahun 2022 yang mencapai 2,4 juta ton terutama ditopang oleh perkebunan rakyat yang menyumbang 63 persen.

Sisanya sebesar 27 persen merupakan perkebunan swasta dan 10 persen merupakan perkebunan besar negara. Oleh karena itu, kemitraan pemerintah dengan petani gula kecil perlu terus terjalin dengan baik.

“Saya selalu sampaikan kepada pemerintah daerah bahwa pabrik gula seperti Krebet Baru harus kita jaga bersama-sama, karena mendukung petani tebu di sekitar Malang dan sekitarnya. Apalagi PG Krebet Baru adalah salah satu pabrik gula milik negara yang terbesar. .” Kami melihat penggilingan sudah mencapai 5,1 juta kuintal. Ini prestasi yang luar biasa,” kata Arif.

Ia juga berkomitmen untuk menetapkan titik impas harga. Untuk itu, pihaknya bersama-sama menghitung struktur biaya yang kemudian ditentukan oleh kebijakan yang mengurangi konsumsi gula dari tingkat produsen hingga konsumen.

Mulai April 2024, harga gula pasir konsumsi di tingkat produsen Rp14.500 per kilo (kg) dan di tingkat eceran atau konsumen Rp17.500 per kg.

Saat ini untuk wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Dataran Tinggi, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya dan 3TP (Paling Tertinggal, Terpencil, Terpencil dan Perbatasan), harga gula pasir untuk konsumsi di tingkat eceran atau konsumen . . adalah Rp 18.500 per kg.

Sebelumnya, kelonggaran harga gula konsumen berakhir pada 30 Juni 2024 dan terus berlanjut hingga terbit peraturan Badan Pangan Nasional tentang perubahan kedua Perbadanan Nomor 11 Tahun 2022 yang mengatur HAP gula konsumen.

Demikian surat tertanggal 26 Juni 2024 dari Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA No. 425/TS.02.02/B/6/2024 Daftar Isi.

“Bapanas menghitung struktur biayanya, tidak dilakukan sendiri tapi dengan keterlibatan bersama APTRI, BUMN, seluruh kementerian lembaga sehingga jumlahnya wajar. Sebab, kata Presiden Jokowi, di petani harus ada jumlah yang wajar. tingkat konsumen,” ujarnya.

Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo selalu mengatakan harga di petani juga harus bagus, hal ini memastikan stok barang tetap ada di pasaran.

Jadi harganya harus bagus dan adil. Jadi sekarang kita mulai impas, kata Arief.

Ketua Balai Koperasi Petani Gula Rakyat Hamim Hulili menyambut baik jaminan pemerintah bebas gula.

“Harganya (gula), seperti disampaikan Kepala Bapan (Arief Prasetyo Adi), dari Rp 9.000 per kilo, sekarang Rp 14.500 per kilo. Ini indikator yang sangat bagus bagi petani. Kepercayaan petani adalah Dan untuk saat ini “petani senang dan puas dengan kehadiran pemerintah, kehadiran Badan Pangan Nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun mengatakan, pemerintah kini perlu memperhatikan kepentingan petani terkait produktivitas.

Menurutnya, jika ingin mewujudkan kemandirian pangan, maka harus tetap menjaga pendapatan petani. Jika pendapatan petani meningkat ke arah yang lebih baik maka petani akan meningkatkan hasil panennya.

“Jika perbaikan pabrik terjadi, maka produksi akan meningkat,” kata Siemitro.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours