Bayi Baru Lahir Jangan Dipakaikan Sarung Tangan, Ini Alasannya

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Mengenakan sarung tangan pada bayi baru lahir merupakan kebiasaan yang umum dilakukan banyak orang tua. Alasannya bermacam-macam, mulai dari menjaga tangan bayi tetap hangat, mencegah bayi menggaruk wajah, hingga menghindari infeksi.

Namun, tahukah Anda kalau tidak disarankan menutup tangan bayi baru lahir dengan sarung tangan? Dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Dr Hastaning Sakti, meminta masyarakat tidak menutup tangan bayi baru lahir dengan kaus kaki.

Menurut Hastaning, tumbuh kembang anak juga dicapai melalui proses belajarnya sendiri, seperti sentuhan tangan atau suara lingkungan atau suara orang tuanya. “Saya selalu berpesan agar bayi baru lahir tidak menutup tangannya dengan kaus kaki. Ini akan menutup dua persen kesempatan belajar anak,” kata Hastaning dalam seminar pemberdayaan kelompok masyarakat di Quality Family Village, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. beberapa waktu lalu.

Bagi bayi baru lahir, kata dia, rentangkan tangan dan rasakan apa yang ada di sekitarnya untuk merangsang saraf di ujung jari bayi. Hastaning mengatakan, pengaruh orang tua terhadap stimulasi yang baik terhadap anak dapat menurunkan risiko terjadinya stunting atau keterlambatan pertumbuhan.

Ia mengatakan, rakifikasi berkaitan dengan perkembangan otak anak. Jika perkembangan otak baik dan didukung dengan asupan gizi yang cukup, maka stunting pasti tidak akan terjadi.

Lembar pemantauan tumbuh kembang anak usia dini yang terdapat dalam Kartu Perkembangan Anak (KKA) dari BKKBN dapat menjadi alat untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau gangguan tumbuh kembang anak. “Meliputi aspek pengembangan motorik kasar, motorik halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan dan keterampilan sosialisasi secara bertahap,” ujarnya.

Ahli Gizi Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal, Heny Erawati mengatakan, selama hamil dan menyusui ibu juga perlu memperbanyak jumlah makanan yang dikonsumsi. “Cobalah makan dua porsi lagi,” ujarnya.

Hal ini agar kebutuhan gizi ibu dan janin dapat terpenuhi tentunya dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang, karbohidrat, protein hewani, sayur mayur dan sayuran hijau yang mengandung zat besi. “Makanlah dengan porsi kecil tapi sering dan usahakan makan minimal empat kali (sehari),” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours