Beda kelumpuhan TBC tulang dengan kasus polio serta cara cegahnya

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A (K) menjelaskan kelumpuhan (paralysis) pada tuberkulosis tulang belakang tidak sama dengan polio.

Hal itu dipaparkan kepada jajaran Posando agar tidak terjadi kesalahan dalam mengedukasi masyarakat dalam rangka pelaksanaan Pekan Imunisasi Anak Nasional (PIN) di Jakarta Pusat, Selasa.

“Kalau dia lumpuh ya dia lumpuh, tapi kelumpuhannya datang tiba-tiba dan tidak bisa disembuhkan. Kalau TBC tulang, penyakitnya yang terakhir, karena kalau TBC, paru-paru dulu, kalau tidak diobati lama kelamaan menjadi TBC tulang,” kata Rini di gedung tersebut. Perkumpulan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.

Ia menjelaskan, penyakit tuberkulosis yang parah, seperti tuberkulosis tulang belakang, dapat menyebabkan kelumpuhan.

Namun imunisasi bacillus Calmette-Guérin (BCG) mencegah kelumpuhan akibat TBC tulang belakang.

“Imunisasi BCG untuk mencegah TBC berat, diberikan melalui suntikan di lengan kanan atas saat anak berusia 0-1 bulan, yaitu BCG,” kata Rini.

Anak yang divaksinasi BCG biasanya mengalami efek samping berupa kerak keras yang timbul setelah penyuntikan, yang disebut “lesi BCG”. Bintik-bintik kecil ini biasanya hilang dalam beberapa minggu.

BCG dan imunisasi anak penting untuk melindungi bayi dari penyakit berbahaya. Pastikan semua vaksinasi bayi Anda mutakhir dan mutakhir.

Para orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui lebih lanjut mengenai imunisasi yang efektif mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Pada tahun 2021, akibat pandemi COVID-19, cakupan imunisasi anak mengalami penurunan yang signifikan.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia menyelenggarakan Pekan Imunisasi Anak (PIN) tahap kedua di 27 provinsi.

Karena Indonesia masih berstatus Kedaruratan Anak (KLB), maka PIN Pediatrik tahap kedua ini mulai diterapkan.

Papua telah mengalami wabah polio sejak tahun 2022. Anak-anak pada periode ini mencapai 95% dari total cakupan imunisasi dan mencapai kekebalan kelompok.

“Cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, namun jika cakupan imunisasi turun di bawah 60%, maka kasus darurat (KLB) dapat muncul kembali,” kata Presiden IDAI Dr Piprim Basara Januarso.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours