Belajar penanggulangan stunting dari Lombok Timur

Estimated read time 5 min read

Jakarta (ANTARA) – Wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa menjadi contoh bagaimana komitmen pemerintah daerah berperan penting dalam mencegah tenggelam. Komitmen tinggi yang dipadukan dengan kolaborasi multipihak dan kebijakan berbasis bukti dapat menjadi solusi mengatasi keputusasaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren stagnasi di wilayah tersebut mengalami penurunan. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting di Lombok Timur pada tahun 2021 sebesar 37,6 persen atau merupakan baseline prevalensi tertinggi di NTB. Kemudian terjadi penurunan prevalensi sebesar 35,6 persen pada tahun 2022 atau tertinggi ketiga di NTB. Prevalensi obesitas akan terus menurun sebesar 27,6 persen pada tahun 2023, menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

“Para pemimpin agama kami sudah mulai berbicara tentang pentingnya memerangi kekerasan. Plt Kepala Lombok Timur Dr H M Juaini Taofik MAP mengatakan pada pembukaan diseminasi temuan penelitian pertama Indonesia Center for Stunting (AASH) di Lombok Timur: “Ini menunjukkan kemajuan besar dalam pemberantasan stunting.” pada hari Selasa. (10/9).

Secara umum alasan menghilangkan rasa putus asa dalam Islam dalam al-Qur’an adalah surat Annisa ayat 9 yang berbicara tentang kekhawatiran meninggalkan keturunan yang lemah. Ayat Al-Qur’an ini juga berbicara tentang bagaimana mengucapkan kata-kata yang baik kepada anak.

Diakui, mengatasi retardasi pertumbuhan bukanlah permasalahan yang mudah. Penyebabnya mulai dari masalah gizi anak hingga pernikahan anak yang masih marak terjadi di masyarakat. Untuk mengurangi tingkat ketidakpuasan penduduk di daerah, diperlukan peran serta banyak kalangan. Pihaknya telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kementerian Agama yang artinya calon pengantin harus melakukan penelitian sebelum menikah. Pengantin baru bisa menikah jika mengikuti kursus dan mendapatkan ijazah.

Oleh karena itu, pemerintah desa juga didorong untuk mengadopsi Peraturan Desa (Perdes) tentang usia pernikahan anak. Jika aparat desa memberikan surat keterangan bahwa Anda mengikuti kelas pranikah, namun Anda tidak hadir, maka mereka akan dikenakan sanksi.

Itu terbayar. Jika dulu anak perempuan yang berumur 20 tahun namun belum menikah dijadikan bahan cemoohan, kini setelah UU Keluarga ini berlaku, pendapat tersebut mulai berubah. Saat ini, mereka yang menikah di usia muda ditertawakan.

Dalam tiga tahun terakhir, dana yang dialokasikan dari APBD ke APBD dikaitkan dengan stagnasi. Misalnya, anggaran ketahanan pangan departemen pertanian pascapandemi juga terkait dengan disabilitas. Bahkan, dalam satu tahun, Pemda Lombok Timur menganggarkan anggaran sebesar Rp140 miliar untuk pencegahan disabilitas.

Penting

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, Dr H Fathurrahman SKM MM menjelaskan bahwa disabilitas merupakan persoalan penting yang perlu ditangani bersama.

Konsep pengendalian inefisiensi di kawasan terdiri dari tiga bagian: dasar (analisis jurnal dan analisis laporan), metode (universitas dan peraturan) dan metode implementasi (termasuk intervensi langsung dan kritis). Untuk kerjasama pendidikan tinggi, Pemkab Lombok Timur menggandeng Universitas Indonesia, Universitas Mataram dan Universitas Muhamadiyah, Jakarta. Saat itu, melalui piagam, lahirlah Piagam Bupati dan Peraturan Desa (Perbup dan Perdes).

Dalam melaksanakan pengaturan pertumbuhan tinggi badan, terdapat Peraturan Daerah tentang Pertumbuhan Tinggi Badan dan undang-undang ini selanjutnya disusul dengan “Peraturan Desa tentang Perkawinan Anak” dan “Peraturan Yayasan Desa tentang Sunatan”.

Di sisi lain, e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) juga telah dilaksanakan melalui pemberian komputer, pinjaman, insentif dan pelatihan antropometri kepada tenaga gizi di puskesmas yang bekerja sama dengan SEAMEO-RECFON FKUI. Penguatan Posyandu melalui pemenuhan kebutuhan alat ukur tinggi dan berat badan atau alat antropometri, pelatihan personel antropometri dan sumber daya Posyandu.

Selain itu, intervensi asosiasi yang spesifik dan sensitif, termasuk Ketahanan Pangan, Pelayanan Kesehatan dan Program Bersama PKK Mencegah Stagnasi Seribu Kehidupan Pertama (Dekapan Canting Srikandi), diperkuat. Implementasi khusus desa meliputi PKK, gizi, pendidikan pencegahan disabilitas dan bimbingan teknis bagi perempuan hamil dan remaja.

Ada pula program Aksi Bergizi untuk membiasakan anak-anak SMP dan SMA agar terbiasa minum pil, menjalani transfusi darah, mengonsumsi makanan sehat, dan melakukan aktivitas sehat. Di bawah ini adalah Program Anakku Sehat dan Cerdas hasil kerjasama Pemkab Lombok Timur dengan SEAMEO RECFON FK UI.

Pemerintah Daerah Lombok Timur menyadari perlunya upaya yang lebih strategis dan relevan untuk mempercepat penurunan faktor sosial, serta intervensi berbasis bukti untuk mempercepat penurunan prevalensi, yang mengecewakan karena kurangnya metodologi dan analisa. fakta dan angka.

Direktur Eksekutif SEAMEO RECFON Dr. Dr. Intervensi pencegahan yang gagal dan tidak dilaksanakan sepenuhnya dapat menimbulkan masalah baru, tambah Hergutanto. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dalam memerangi stunting. Bersama UK Global Challenges Research Fund for Research and Innovation (UKRI GCRF), AASH melakukan penelitian di Lombok Timur. Kelompoknya menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Mataram sebagai mitra lokal

Studi ini dilakukan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tiga negara seperti India, india dan Senegal. Program ini telah berjalan selama empat tahun dan mencapai tujuannya meskipun ada tantangan yang ditimbulkan oleh COVID-19.

Dengan mensosialisasikan hasil kajian yang pertama kali, diharapkan semua pihak memiliki pemahaman yang utuh mengenai persoalan stagnasi dan dapat berkontribusi pada komitmen melawan stagnasi.

Lombok Timur dapat menjadi contoh bagaimana permasalahan stagnasi dapat diatasi dengan komitmen dan kerja sama para pemangku kepentingan. Permasalahan disabilitas merupakan permasalahan yang besar karena, berdasarkan banyak penelitian, depresi mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kehidupan anak-anak.

Dalam jangka pendek, perkembangan otak anak dapat terganggu sehingga menyebabkan perkembangan motoriknya terhambat dan terganggu. Sementara itu, seiring berjalannya waktu, obesitas dapat meningkatkan risiko tertular penyakit tidak menular, dan orang dewasa kesulitan bersaing di pasar tenaga kerja karena rendahnya produktivitas. Konsistensi harus banyak diperhatikan, apalagi jika ingin meraih Emas Indonesia 2045.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours