Berhentilah ikut menertawakan humor seksis

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Hentikan Diki Jakarta, Dinas Perlindungan Anak dan Pengawasan Umum (PPAPP) mengajak masyarakat untuk berhenti

Tertawalah pada lelucon seksual karena tertawa bersama membuat segalanya menjadi normal dan pelecehan seksual tampak normal.

“Berhentilah menertawakan lelucon seksis, ikut lelucon seksis itu mendukung, setuju dengan lelucon itu,” kata Kasubbag Perlindungan Perempuan Dinas PPAPP Jakarta Dicky Evie Lisa dalam acara daring, Rabu di Jakarta.

Evie mengingatkannya bahwa lelucon seksis bukanlah lelucon, melainkan pelecehan verbal. Menurutnya, sering kali terdapat komentar-komentar yang menghina atau merendahkan orang lain dan hal tersebut tersembunyi di balik humor.

Contoh lelucon seks yang umum adalah “Bagaimana kucing menolak memberimu ikan”, “Oh, jika kamu punya lima anak, berapa kali kamu menjatuhkan mesinnya? »Atau “Ada sesuatu yang luar biasa, tapi tidak ada bakat.”

Menurut Evie, semua itu bisa membuat orang yang mendengarnya merasa tidak nyaman, dan mereka yang melontarkan lelucon seperti itu terkesan tidak berpendidikan.

Oleh karena itu, EV mengingatkan warga agar tidak menoleransi lelucon seksis. Apalagi humor mempunyai kekuatan yang luar biasa dan tidak bisa dianggap remeh.

“Sebenarnya ada yang bercanda mengatakan saya bahagia, itu lebih spontan daripada minta maaf. Karena berdebat itu lelucon,” ujarnya.

Lebih baik hindari lelucon seksis. “Banyak lelucon yang bisa mencairkan suasana tanpa membuat orang kecewa,” ujarnya.

Evie mengatakan berhenti menertawakan lelucon seksis bisa menjadi cara untuk menghindari pelecehan verbal.

Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan antara lain memahami keterbatasan kognitif dan menjadikan topik tertentu tidak pantas atau tidak nyaman.

“Hindari lelucon yang menimbulkan asumsi negatif berdasarkan gender, penampilan fisik, atau jenis kelamin,” kata Evie.

Cara lainnya adalah berhati-hati dalam berbahasa, hati-hati memilih kata, dan menghindari hinaan. Hormati privasi orang lain dengan tidak membicarakan masalah pribadi atau intim yang tidak pantas dalam konteks berbeda.

Kemudian, jika mereka mengatakan tidak nyaman dengan lelucon tersebut, dengarkan tanggapan orang lain dan jangan mengulanginya.

“Jangan mendukung atau menyebarkan lelucon seksual. Ajak orang lain untuk menghindari lelucon seksual. Secara tidak langsung, kita membantu menciptakan lingkungan yang positif,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours