Bertukar pakaian hingga bercocok tanam perbesar risiko terkena kurap

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Spesialis Dermatologi, Venologi dan Estetika Dr. RSUPN Dr. Sipto Mangunkusumo mengatakan kebiasaan berganti pakaian saat bertani dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit campak.

“Kalau ada sumber penularannya, semua orang bisa tertular. “Sumbernya bisa bermacam-macam, antara lain sprei, handuk, hewan kesayangan, bahkan kotoran,” kata Dr. Dr. Eliza Miranda, SpDVE, Subsp. Jakarta, DT dalam diskusi online, Rabu.

Eliza mengatakan, infeksi jamur pada kulit biasanya disebabkan oleh kebiasaan seseorang yang sering berganti pakaian dengan orang lain, mulai dari handuk, celana, hingga jilbab.

Kiriman uang bisa berasal dari anggota keluarga, atlet, atau kantor. Infeksi bisa menyebar ke permukaan kulit atau lipatan kulit seperti selangkangan.

Kurap juga bisa tumbuh di sekitar garis rambut dan membuat area tersebut terasa gatal. Selain jilbab, berbagi gelang juga bisa menjadi alasannya.

“Belakangan, rambut di kepalanya menjadi botak. Di daerah endemis, kalau kakak atau adik pasien memakai jilbab atau gelang, bisa menular,” ujarnya.

Sedangkan pada saat bercocok tanam, infeksi jamur penyebab kurap dapat menyerang kulit jika masyarakat yang bercocok tanam tidak menggunakan sarung tangan. Yang mana kebiasaan berjalan di tanah tanpa menggunakan kaki.

Menurutnya, jamur tanpa disadari bisa menempel di kulit atau kuku dan menempel pada lapisan benda yang nantinya akan disentuh oleh orang yang terinfeksi. Dampaknya, penularan akan semakin meluas.

Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa kurap merupakan salah satu jenis infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

Umumnya infeksi dapat menyerang siapa saja dari segala usia dan dapat terjadi pada tiga bagian tubuh: kulit, kuku, dan rambut.

Penularannya terjadi dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, atau tanah ke manusia. Selain itu, jenis obat dan lama pengobatan bergantung pada lokasi dan ukuran ruam akibat jamur.

Jika infeksinya menyebar, Eliza menyarankan segera berkonsultasi ke dokter di fasilitas kesehatan terdekat untuk tindakan lebih lanjut.

Kapalan dapat diobati, oleh karena itu segera konsultasikan ke dokter umum atau dokter spesialis kulit, kelamin, dan estetika. “Dokter umum sudah memiliki kualifikasi sehingga dianggap mumpuni untuk memberikan pengobatan,” ujarnya.

Di sisi lain, masyarakat dapat menjaga kebersihan diri serta kebersihan barang dan lingkungan untuk mencegah tumbuhnya jamur dan menulari orang lain. Misalnya mandi dengan air mengalir dan sabun, tidak berganti pakaian, dan memakai sepatu saat keluar rumah.

“Bahkan kadang terasa gatal, memar, jatuh cinta, atau takut terkena air.” Hal ini tidak benar, jika ada garis yang tidak berulir, jangan sampai terkena air. Namun jika ada luka atau lecet di kulit, tetap harus menggunakan sabun dan air, kata Eliza.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours