BI: Pemangkasan suku bunga AS kemungkinan semakin maju dari perkiraan

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (Antara) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warzio mengatakan suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Federal Funds Rate (FFR) mungkin akan lebih tinggi dari perkiraan BI.

“Awalnya kami memperkirakan Fed fund rate hanya akan turun pada bulan Desember. Sebelumnya di RDB bisa bertahan hingga November. “Tetapi setelah FOMC kemarin, mungkin saja suku bunga The Fed Funds Rate akan mulai turun pada bulan September,” kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (FSC) III 2024 di Jakarta, Jumat.

Perry mengatakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE) telah mengambil langkah untuk memangkas suku bunga, namun bank sentral AS, atau The Fed, belum melakukan pemotongan.

Sementara itu, Perry menambahkan, suku bunga surat utang pemerintah AS jangka pendek, atau surat utang AS, lebih tinggi mengingat dampak suku bunga The Fed terhadap instrumen tersebut. Sedangkan tingkat bunga surat utang pemerintah AS jangka panjang lebih rendah karena dipengaruhi oleh utang pemerintah AS.

“Misalnya pada kuartal II, US Treasury note (suku bunga) 2 tahun sebesar 4,7 persen. Sedangkan US Treasury bond sebesar 4,4 persen. Jadi US Treasury note jangka pendek, karena kita tidak menunggu Fed dana. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 0,3 persen, atau 0,3 persen, jelas Perry.

Di masa depan, jika suku bunga The Fed turun, maka suku bunga surat utang AS juga akan turun, kata Perry. Sementara itu, suku bunga obligasi Treasury AS diperkirakan meningkat seiring dengan kenaikan utang pemerintah AS.

Kemudian, suku bunga antara US Treasury Notes dan US Treasury bond diperkirakan akan tetap flat hingga kuartal keempat tahun 2024. Pada kuartal pertama tahun 2025, suku bunga obligasi Treasury AS akan lebih rendah dibandingkan obligasi Treasury AS.

“Kemarin pada pertemuan G20, saya dan Menteri Keuangan menyoroti tingginya utang luar negeri pemerintah negara-negara maju, karena hal ini berdampak sebaliknya pada US Treasury note dan US Treasury bonds serta arus keluar modal dari negara-negara maju. terjadi di Indonesia Peristiwa yang terjadi pada triwulan dan II Dari segi fisik menyulitkan BI dalam melaksanakan kebijakan dan kebijakan moneter, ”kata Perry.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan dolar AS masih menguat sementara nilai tukar negara lain melemah. Meski menguat, ia memperkirakan dolar tidak akan sekuat sebelumnya. Hal ini mempengaruhi BI terhadap kebijakan moneter yang bertujuan memitigasi risiko global, khususnya menstabilkan nilai tukar rubel.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Shri Mulyani menyampaikan rupee menguat 0,52% per 26 Juli 2024 dibandingkan akhir Juni 2024.

Pada saat yang sama, nilai tukar rupee melemah 5,48% ytd dibandingkan level akhir Desember 2023, sejalan dengan kondisi global, namun lebih lemah dibandingkan pelemahan mata uang regional seperti won Korea (6,93% ytd). dan yen Jepang (8,27 persen ytd).

Membaiknya kinerja rupee didukung oleh stabilitas rupee, aliran masuk modal asing yang terus berlanjut, dan komitmen BI untuk menjaga surplus neraca perdagangan barang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours