BI sebut tren inflasi di Indonesia menurun dalam 10 tahun terakhir

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tren inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan dan terkendali bahkan termasuk yang terendah di dunia.

“Kami meyakini inflasi yang rendah merupakan faktor penting bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” kata Perry Varjio pada Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2024 di Istana Negara Jakarta, Jumat.

Pihaknya juga memperkirakan inflasi akan tetap terkendali dan rendah dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen hingga sisa tahun 2024.

Namun, ia meminta pemerintah mewaspadai dampak situasi dunia yang masih belum stabil akibat konflik geopolitik global saat ini, dengan mengurangi risiko kenaikan harga pangan dan energi untuk mengendalikan inflasi.

“Kondisi global belum bersahabat dan berbagai tantangan yang kita hadapi harus kita hadapi dengan upaya yang berkelanjutan dan terkoordinasi. Kontinuitas sangat penting untuk mengendalikan inflasi ke depan,” kata Perry.

Pihaknya juga berupaya memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi dengan memperluas program Inisiatif Pengendalian Inflasi Nasional (GNPIP) di seluruh 46 Kantor Wilayah Bank Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan pasokan dan meningkatkan keseragaman distribusi pangan, serta mengatasi berbagai permasalahan struktural seperti produktivitas, efisiensi distribusi, dan integrasi informasi gizi.

Selain program GNPIP, Perry mengatakan koordinasi dengan pemerintah daerah juga diperkuat melalui berbagai program lain seperti ketahanan pangan, kerja sama antar daerah, fasilitas distribusi pangan, dan digitalisasi.

“Dalam dunia yang masih bergejolak, kebijakan moneter terus dilakukan untuk menjaga stabilitas dengan memastikan inflasi terkendali dan rupee tetap stabil,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan menerapkan kebijakan makroprudensial yang lemah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan perekonomian nasional, termasuk dengan mendorong likuiditas dan digitalisasi sistem pembayaran.

Ia mengatakan, insentif ini diberikan kepada industri perbankan untuk menyalurkan pendanaan ke berbagai sektor guna meningkatkan kapasitas perekonomian nasional, termasuk UKM di bidang pertanian dan pangan.

Sementara itu, digitalisasi sistem pembayaran secara langsung terus kami lakukan untuk mendukung penyaluran bantuan sosial, elektrifikasi operasional keuangan pemerintah daerah, serta kerja sama sistem pembayaran QRIS dengan ASEAN dan negara lain, kata Perry.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours