BI yakin kredit perbankan bakal melanjutkan pertumbuhan tinggi

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) optimistis kredit perbankan akan melanjutkan tren pertumbuhan tinggi meski sedikit melambat pada Agustus 2024.

Pertumbuhan kredit perbankan pada bulan Agustus tercatat sebesar 11,40 persen (y/y/yy), lebih rendah dibandingkan bulan Juli sebesar 12,40 persen yy.

“Dibanding bulan Juli sebenarnya jumlahnya menurun. Namun, hal ini lebih banyak disebabkan oleh kredit valas. Karena apresiasi nilai tukar rupiah, kredit valas nampaknya kecil. Konsekuensi dari apresiasi tersebut,” kata BI Wakil Gubernur Juda Agung saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu.

Meski demikian, Juda menyatakan pertumbuhan kredit masih berada pada level yang kuat, dan diyakini akan melanjutkan tren pertumbuhan kuat di kisaran 10-12 persen pada tahun ini.

Optimisme tersebut didukung oleh sejumlah indikator. Pertama, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dinilai masih cukup tinggi yakni sebesar 7 persen year-on-year.

Kedua, alat likuid perbankan dikatakan masih cukup besar dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi yaitu sebesar 25,37 persen.

Menurut Juda, kinerja tersebut menunjukkan aset likuid seperti Obligasi Negara (SBN) dan Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) masih banyak dimiliki perbankan.

Ketiga, kemungkinan ekspansi fiskal pemerintah. Juda mengatakan pemerintah biasanya melakukan ekspansi fiskal pada kuartal keempat. Hal ini akan mendorong akumulasi simpanan perbankan yang pada akhirnya dapat mendukung ekspansi kredit di sisi penawaran.

Keempat, pendanaan dari non-DPK masih terbuka. Rasio pendanaan asing (RPLN) perbankan saat ini masih menunjukkan ruang yang cukup besar.

Kelima, memangkas suku bunga acuan BI atau BI rate yang turun 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Ia juga optimistis perlambatan ini akan meningkatkan permintaan kredit, termasuk membuat cost of fund (CoF) menjadi lebih murah.

“Secara industri, total penyaluran kredit mencapai 51 persen dari rencana bisnis perbankan. “Cukup besar,” tambahnya.

BI juga mencatat rasio kecukupan modal (CAR) perbankan yang relatif kuat sebesar 26,56 persen pada Juli 2024 sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan pada Juli 2024 tetap rendah yakni sebesar 2,27 persen (gross) dan 0,79 persen (net).

Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga didukung oleh solvabilitas dan profitabilitas korporasi yang berkelanjutan, berdasarkan hasil stress test perbankan yang dilakukan baru-baru ini.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours