Bijak bermedia sosial agar tidak terjebak “FOMO”

Estimated read time 5 min read

Jakarta (ANTARA) – Belakangan ini warga kota besar di Indonesia tengah dihebohkan dengan demam gantungan kunci berbentuk boneka monster bergigi tajam. Mereka rela mengantri berjam-jam di tempat penjualan penjual dari pagi hingga tengah malam agar tidak dianggap ketinggalan jaman.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan ‘Labubu’, gantungan boneka buatan artis Hong Kong Kasing Lung, menjadi viral setelah anggota grup K-pop Lisa ‘Blackpink’ mempopulerkannya melalui media sosial. Sontak banyak netizen yang mencari gantungan boneka berpindah ke kota-kota besar di Indonesia dan menimbulkan situasi serta perilaku yang tidak masuk akal lagi.

Baik anak-anak hingga orang dewasa berebut gantungan boneka yang harganya ratusan ribu rupee ini. Mereka semakin bangga ketika memiliki lebih dari satu orang yang menunjukkan kelas ekonominya sehingga video yang diunggahnya bisa menjangkau ratusan penonton melalui berbagai platform media sosial seperti Tiktok, Instagram, dan Facebook.

Dampaknya, banyak orang tua yang mengeluh karena anaknya ngotot memakai boneka gantungan kunci agar tidak terlihat tua dan dikucilkan oleh teman dan teman sebayanya di sekolah.

Sedangkan di kalangan orang dewasa, fenomena boneka gantung lebih bersifat demonstrasi dan realisasi diri agar bisa diperhitungkan secara sosial dan menjadi viral di media sosial.

Fenomena obsesi terhadap barang-barang bernilai ratusan ribu rupiah ini menyebabkan beberapa sekolah di Jakarta melarang siswanya membawa barang-barang tersebut ke sekolah karena menimbulkan keretakan antar siswa sehingga menimbulkan pengucilan bahkan ada siswa yang tidak mau hadir. sekolah karena terlihat canggung.

Menurut Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia Fajar Eri Diant, fenomena viralnya sesuatu di masyarakat disebabkan oleh fenomena Fear of Missing Out (FOMO).

FOMO adalah ketakutan akan kehilangan momen-momen di ranah online, dan kekhawatiran tidak memanfaatkan peluang dan aktivitas media sosial terbaik baik di dalam maupun di luar media sosial.

Fenomena ini dapat menimbulkan akibat negatif, karena individu dan kelompok harus mematuhi tuntutan lingkungan sosial, meskipun hal tersebut tidak menjadi prioritas dan bahkan cenderung dipaksakan.

Karena itu, Fajar mengingatkan warganet untuk tidak terjebak dalam budaya konsumen di ranah online karena cenderung mengandalkan pemenuhan keinginan non-inti.

Pasalnya, penderita FOMO cenderung selalu merasa perlu berpartisipasi dalam segala hal agar tidak melewatkan momen atau peluang penting sehingga dapat mendorong masyarakat untuk menjalani gaya hidup hedonistik alias kepuasan tanpa batas.

Kesehatan mental

Penggunaan teknologi digital secara berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Jejaring sosial telah menjadi sumber stres yang berkontribusi terhadap munculnya gangguan kecemasan di kalangan pengguna.

Kehadiran teknologi digital dan media sosial seringkali memberikan tekanan tambahan pada kehidupan masyarakat, khususnya remaja. Arus informasi yang konstan, kebutuhan untuk terhubung ke Internet, dan perbandingan sosial dapat menyebabkan stres yang besar.

Selain membuat pengguna kewalahan dengan terlalu banyak informasi dan membuat mereka merasa tersesat, media sosial juga membuat pengguna lebih rentan terhadap penipu yang dapat menggunakan informasi pribadi untuk mendapatkan keuntungan.

Pemicu FOMO adalah terus-menerus menggunakan perangkat untuk menjelajahi media sosial di berbagai platform yang menampilkan fitur yang mendukung pembaruan video dan foto saat pengguna mengunggahnya.

Dampak kesehatan mental dari penggunaan perangkat yang berlebihan menimbulkan perasaan cemas dan frustrasi, yang berujung pada membandingkan kehidupan pribadi seseorang dengan kehidupan pribadi lainnya yang tampak lebih menyenangkan atau bahagia.

Remaja seringkali dihadapkan pada jumlah informasi yang luar biasa setiap harinya. Memproses informasi secara terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan mental dan kesulitan dalam menentukan prioritas.

Kassandra Putranta, psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, mengingatkan seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental bagi siklus hidup manusia.

“Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesehatan, berdasarkan motto modern diyakini tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental,” kata Cassandra.

Kesehatan mental seseorang akan mempengaruhi kemampuan kolektif dan individu seseorang dalam berpikir, mengungkapkan perasaan, berinteraksi satu sama lain, mencari nafkah dan menikmati hidup.

Berdasarkan hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa peningkatan, perlindungan, dan pemulihan kesehatan mental dapat dianggap sebagai perhatian penting bagi individu, komunitas, dan masyarakat di seluruh dunia.

Penggunaan Internet yang sehat

Pentingnya mengelola stres dengan belajar membangun hubungan yang lebih sehat di ruang digital adalah solusi cerdas yang ditawarkan oleh perusahaan keamanan siber global dan privasi digital Kaspersky.

Sebuah perusahaan digital telah berbagi tips sederhana untuk mengurangi dampak penggunaan media sosial terhadap tingkat stres, mendorong pengguna atau netizen untuk menerapkan pengaturan privasi akun online mereka dengan benar, yang penting untuk melindungi informasi pribadi dan menjaga keamanan digital.

Dengan mengontrol siapa yang dapat melihat profil dan pesan, pengguna dapat mengurangi risiko kontak yang tidak diinginkan dengan orang asing yang mungkin memiliki niat jahat.

Netizen disarankan untuk membatasi komunikasi dengan orang yang mereka kenal secara pribadi untuk mengurangi kemungkinan menerima konten berbahaya atau bertemu dengan penipu.

Upaya untuk menangani konten yang tidak pantas, seperti adegan kekerasan atau kebrutalan, dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Dengan mengendalikan lingkungan digital dengan menerima permintaan pertemanan secara cerdas, pengguna berkontribusi pada pengalaman online yang lebih positif dan aman.

Selain itu, menggunakan alat media sosial untuk mengelompokkan teman membuat berbagi menjadi lebih pribadi. Dengan mengkategorikan teman, pengguna dapat berbagi lebih banyak konten pribadi dengan kelompok dekat sehingga mendapatkan manfaat berbagi di media sosial dengan risiko lebih kecil.

Pengguna juga didorong untuk berpartisipasi dalam melaporkan aktivitas mencurigakan dan penindasan maya di platform media sosial dalam upaya menjaga lingkungan online yang aman dan positif.

Dengan melaporkan konten berbahaya atau cyberbullying, pengguna tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, namun juga berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Laporan semacam ini memungkinkan perusahaan media sosial untuk mengambil tindakan yang tepat, seperti menghapus konten berbahaya, melarang akun yang tidak aman, atau menerapkan fitur keamanan baru, sehingga menciptakan ruang online yang lebih aman bagi semua orang.

“Di dunia media sosial, mengintegrasikan teknologi klasifikasi informasi adalah cara terbaik untuk melindungi kesehatan mental kita. Solusi yang meningkatkan privasi dan keamanan pengguna, serta pendekatan interaksi digital yang bijaksana, dapat mengubah pengalaman online kita dari sumber stres menuju interaksi yang positif,” kata Anna Larkina, pakar analisis konten web di Kaspersky.

Ibarat senjata, media sosial bisa berdampak baik atau buruk. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk mengedepankan pesan-pesan positif untuk membangun hubungan yang lebih sehat di ruang digital.

Redaktur: Achmad Zaenal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours