BKKBN: UU KIA Lindungi Indonesia dari Fenomena Childfree

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Deputi Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) akan diundangkan pertama kali. seribu hari tahapan kehidupan 2024 (UU KIA) dapat melindungi pasangan di Indonesia dari tidak ingin mempunyai anak atau tidak mempunyai anak. Pemerintah mendukung perempuan untuk merasa nyaman dan produktif bahkan setelah menjadi ibu.

“Kebebasan anak menurut saya masih aman (di Indonesia). Di setiap negara bagian, angka kelahiran total, atau TFR, lebih rendah dari dua di dua negara bagian saja. “Dengan adanya UU KIA, pemerintah mendukung perempuan untuk merasa nyaman, sehingga ketika memiliki anak, mereka tetap bisa bekerja dan menjadi tukang dalam beraktivitas.”

Saat ini, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kesuburan total di Tanah Air adalah 2,18 yang berarti rata-rata setiap perempuan melahirkan dua anak dalam masa reproduksinya.

Bonivasios menegaskan, pemerintah akan terus memastikan fenomena tidak memiliki anak di Indonesia dengan mengembangkan berbagai peraturan yang ada bersama seluruh pemangku kepentingan.

“Kami terus memastikan fenomena tersebut tidak terjadi dengan undang-undang yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Selain fenomena tidak mempunyai anak, ia juga menyikapi fenomena tidak memiliki ayah atau fatherless di taman. Menurutnya, untuk mengatasi kedua hal tersebut, pasangan suami istri harus memiliki tanggung jawab orang tua yang seimbang antara ayah dan ibu, dan hal tersebut digalakkan oleh BKKBN melalui program menunggu suami.

Dikatakannya: “BKKBN memiliki program ‘suami siaga’, sehingga kami berharap UU KIA dan ‘suami siaga’ dapat saling melengkapi.”

Sebelumnya, dalam rangka Hari Kependudukan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 11 Juli, Bonivasius menyampaikan pentingnya data kependudukan untuk mendukung kehamilan ibu yang aman guna menurunkan angka kematian ibu (MMR) dan kematian bayi (AKB).

MMR dan AKB merupakan indikator yang memerlukan informasi komprehensif. Memang benar saat ini AKI dan AKB di Indonesia mengalami penurunan, namun alasannya berbeda. “Penurunan AKI dan AKB menjadi permasalahan kita di Indonesia,” ujarnya.

Integrasi data yang komprehensif dapat mendukung kehamilan berdasarkan pilihan, bukan kebetulan, ujarnya.

Selain itu, program kontrasepsi atau keluarga berencana (KB) BKKBN dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung kehamilan melalui pilihan.

Kepala BKKBN selalu dokter. Hasto Varduyo selalu tegaskan, kalau mau hamil jangan main-main, kalau mau jangan hamil. ., jadi jika Anda mau, “Ini tentang pilihan. Jika Anda benar-benar ingin merencanakan kelahiran Anda, lakukanlah dengan keluarga berencana.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours