BKPM ajak pengusaha China berinvestasi di luar Pulau Jawa

Estimated read time 3 min read

Nantong (ANTARA) – Kementerian Penanaman Modal/Perencanaan Penanaman Modal (BKPM) mengundang pengusaha asal China untuk berinvestasi di luar Pulau Jawa.

“Wilayah Kalimantan merupakan tempat yang bagus untuk dijadikan sebagai tujuan investasi, apalagi saat ini ibu kota baru Indonesia berada di Pulau Kalimantan, Kalimantan Timur,” kata Direktur Promosi Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika ini. . Cahyo Purnomo di Kementerian Investasi/BKPM di Nantong, Provinsi Jiangsu, China pada Selasa.

Hal itu disampaikan Cahyo saat konferensi Indonesia-China 2024 yang diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal/Penanaman Modal (BKPM) dan dihadiri hampir 100 perusahaan di bidang konstruksi, teknologi, logistik, semen, otomotif, properti, lingkungan hidup, keuangan, dan tekstil. dan Kota Nantong, Provinsi Jiangsu, Kota Shanghai dan sekitarnya.

Pemerintah Indonesia, kata Cahyo, memberikan sejumlah insentif investasi kepada pengusaha yang memenuhi syarat pembebasan atau keringanan pajak, seperti melalui program pemberdayaan tenaga kerja atau program pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan.

Sebab, seperti negara-negara lain, Indonesia ingin meningkatkan daya saingnya dengan melakukan reformasi di berbagai sektor secara umum. Indeks daya saing Indonesia juga meningkat dari peringkat 34 menjadi peringkat 27 berkat reformasi pemerintah, reformasi tersebut membuat Indonesia jauh lebih berdaya saing, kata Cahyo.

BKPM telah memetakan potensi investasi di Indonesia sehingga perusahaan Tiongkok tidak harus memulai dari awal saat berekspansi ke Indonesia, menurut Cahyo.

Cahyo juga mengatakan, pihaknya memiliki 81 proyek yang siap diajukan, dan perusahaan yang ingin melakukan ekspansi di suatu sektor sebaiknya memilih bidan yang cocok untuk perusahaannya dari lokasinya. direncanakan sebelumnya.

“Investor dari Jepang atau Korea berinvestasi lebih dari 90 persen di Pulau Jawa, namun investor Tiongkok berinvestasi di luar Pulau Jawa.

Oleh karena itu, kami mengapresiasi investasi Anda saat ini karena tidak hanya membantu kami tetapi juga menyalurkan investasi ke Indonesia, kata Cahyo.

Sementara itu, pakar industri PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Sri Rezeki mengatakan pada acara tersebut bahwa KITB kini sudah 100 persen dilengkapi.

“KITB memiliki sanitasi, pengolahan air, sistem pengelolaan sampah terpadu sehingga tidak perlu khawatir akan kebutuhan listrik dan didukung dengan pengelolaan hijau,” kata Sri.

Industri prioritas di KITB hanya ada tujuh, yaitu penanaman modal asing (FDI), industri low-end, industri yang memberikan pelatihan teknologi tinggi kepada pekerjanya, industri substitusi impor, industri yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan industri manufaktur cerdas. dan industri berorientasi ekspor.

“Kalau masuk prioritas boleh pilih lokasinya, kalau tidak KITB yang pilih lokasinya,” kata Sri.

Pada upacara tersebut, Berlianto Situngkir, Konjen RI Shanghai, Nurul Ichwan, Wakil Menteri Promosi Penanaman Modal Badan Koordinasi Kementerian Investasi/Investasi, Direktur Departemen Promosi Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Cahyo Purnomo, Ketua IIPC Beijing Evita Sanda dan pejabat terkait lainnya di Kementerian Investasi/BKPM.

Pada tahun 2024, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Kementerian Investasi/BKPM menargetkan pencapaian investasi sebesar 1,650 triliun dolar. Target ini dimaksudkan untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen.

Data investasi periode Januari-Juni 2024 (Semester I) sebesar 829,9 triliun atau 50,3 persen dari total target tahun 2024 sebesar 1,650 triliun. Investasi ini menghasilkan 1.225.042 tenaga kerja pada Semester I tahun 2024.

Berdasarkan catatan BKPM, investasi Tiongkok di Indonesia mencapai 32,2 miliar dollar AS pada semester 2019 – I-2024 dengan sekitar 21.022 ribu proyek. Pada tahun 2023, nilai investasi Tiongkok akan mencapai US$7,4 miliar, nomor dua setelah Singapura yang sebesar US$15,4 miliar.

Lima sektor terbesar investasi Tiongkok di Indonesia adalah industri pengolahan logam primer (US$13,626 miliar); transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi ($7,878 miliar); sektor kimia, farmasi, dan industri (US$2,746 miliar), listrik, gas, dan air (US$2,651 miliar); gedung dan kantor ($2,139 miliar).

Sedangkan berdasarkan lokasi, wilayah yang paling banyak berinvestasi oleh Tiongkok adalah Sulawesi Tengah (US$11,64 miliar), Jawa Barat (US$7,02 miliar), Maluku Utara (US$4,98 miliar, Jakarta (US$1,6 miliar dolar AS) dan Banten (US$1,27 miliar). dolar).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours