BMKG ingatkan pentingnya investasi mitigasi gempa megathrust Jakarta

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya investasi dalam mengurangi kesiapsiagaan masyarakat dalam merespons gempa besar di Jakarta. Demikian pernyataan Septa Angraini, Ketua Kelompok Penyuluhan dan Mitigasi Tsunami Balai Gempa Bumi dan Pertanian BMKG, dalam keterangan DPRD DKI Jakarta tentang ancaman lubang megathrust di gedung BPBD DKI Jakarta, Selasa.

“Kita perlu memperbaikinya dengan mitigasi, berinvestasi pada mitigasi, bukan menyelamatkan korban,” ujarnya. Dana ini ditujukan untuk mengurangi cedera dan risiko. “Ini adalah pembelajaran dari gempa besar,” kata Septa. Septa mengatakan BMKG bersama pemerintah, akademisi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memperkuat kesiapsiagaan masyarakat melalui program ‘Masyarakat Siap Tsunami’. Baca Juga: MRT Jakarta Mengurangi Risiko Banjir dan Gempa Demi Keselamatan Pengguna Langkah tersebut untuk membangun masyarakat yang siap menghadapi bencana, terutama bencana alam seperti gempa besar.

“Kami tidak memulai dari awal, kami membangun komunitas yang siap menghadapi ancaman bencana berdasarkan kebutuhan kesiapsiagaan itu,” ujarnya. Lagi pula, tidak ada jaminan bahwa hal itu tidak akan menjadi ancaman. “Jika kami punya kekuatan, kami siap berinvestasi dalam tanggap bencana,” kata Septa. Lebih lanjut, Septa menjelaskan, ancaman terhadap Jakarta didasarkan pada pola gempa megathrust yang berasal dari zona subduksi Selat Sunda, gempa berkekuatan 8,7 SR, dan gempa kuat di Banten, Lampung, Jakarta, dan Jawa Barat. mencapai intensitas dan menyebabkan kerusakan sedang.

Septa mengatakan, “Simulasi tsunami gempa Mw8,7 di kawasan megathrust Selat Sunda menunjukkan sekitar dua jam setelah gempa, akan terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari tiga meter dan mencapai pesisir pantai Jakarta. . Baca Juga: Komisi C minta MRT pertimbangkan risiko banjir dan gempa Jarak kota Jakarta dengan daerah penaklukan di selatan Jawa Barat sekitar 300 kilometer.

“Di Jakarta, semakin jauh ke utara, tanahnya semakin lunak dan tebal,” kata Septa. “Jika gempa terjadi di wilayah megathrust Mw8,7 maka sebagian besar wilayah Jakarta akan rawan gempa.”

Septa mengatakan, masyarakat tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi. Tentu saja, negara maju seperti Jepang pun tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi.

Jadi dengan adanya catatan gempa, akan ada kesiapsiagaan evakuasi bencana bagi Indonesia, ujarnya. Baca Juga: BPBD DKI Ungkap Tiga Sumber Risiko Gempa di Jakarta, Septa Mengatakan Adapun informasi kekuatan gempa besar ini, bukan merupakan prakiraan atau peringatan dini. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak salah memahami berita tersebut dan tetap beraktivitas seperti biasa.

BMKG terus memantau aktivitas kegempaan di Selat Sunda dan Selat Mentawai-Siberut. Informasi Gempa Bumi dan Tsunami merupakan tindakan pencegahan untuk mencegah risiko kerusakan sosial-ekonomi dan korban jiwa jika terjadi gempa bumi kuat atau tsunami dalam kondisi terburuk. Baca juga: BRIN Tinjau Tanda-tanda Sesar Baribis-Kendeng Menuju Jakarta

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours