BNPT Ajak Guru Terjemahkan Nilai Pancasila dalam Bahasa Kids Zaman Now

Estimated read time 5 min read

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkuat kerja advokasi pencegahan intoleransi, kekerasan, dan kekerasan di satuan pendidikan melalui program “Sekolah Damai”. Salah satu dari tujuh program prioritas BNPT tahun 2024 ini sangat penting karena tiga dosa besar dunia pendidikan di Indonesia adalah ramalan radikal lalu menjadi teroris.

Direktur Pencegahan BNPT Profesor Irfan Idris mengatakan Sekolah Damai merupakan upaya mendekatkan diri untuk melindungi anak-anak dari intoleransi, kekerasan, dan kekerasan yang menggiring mereka ke jaringan teroris radikal. Oleh karena itu, guru perlu memahami fenomena tersebut agar dapat memberikan pengajaran dan pemahaman yang baik kepada siswa.

“Sebagai guru, tugas kita adalah menerjemahkan bahasa nilai-nilai Pancasila ke dalam bahasa anak-anak masa kini. Jadi kita tidak bisa lagi menjelaskan nilai-nilai Pancasila hanya dengan memahami sila pertama hingga kelima. anak-anak masa kini. “Prof. Irfan SMAN 39 Sijantung, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2024).

Menurutnya, Pancasila merupakan nilai-nilai yang dibesarkan dan dikembangkan oleh para founding fathers dan nenek moyang bangsa Indonesia secara turun temurun. Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan keberagaman Indonesia yang beragam. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila patut dididik dan dipahami pada generasi muda. Irfan mencontohkan banyak negara di dunia yang terlibat perang saudara yang tidak pan-Islam, hanya karena berbeda bangsa atau suku.

Profesor Irfan menjelaskan, Sekolah Damai di SMAN 39 merupakan kegiatan kelima setelah Sekolah Damai di Palu (Sulawesi Tengah), Serang (Banten), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Semarang (Jawa Tengah). Pelatihan guru ini diikuti oleh guru PKN, BK dan guru agama dari SMAN 39 dan tujuh sekolah di Jakarta Timur.

“Kegiatan ini untuk memasyarakatkan nilai-nilai perdamaian di sekolah. Kami berharap para guru ini berkomitmen tinggi untuk menyuarakan nilai-nilai perdamaian agar anak-anak kita tidak mudah terpapar paham-paham radikal terorisme,” kata dia. profesor. . Irfan.

Setelah mengikuti Sekolah Damai, guru dan siswa mendapat menu pilihan yang dapat mendamaikan satu sama lain. Jika selama ini menu intoleransi masih banyak beredar di media sosial, kini mereka (guru dan siswa) harus aktif menyebarkan menu amal bahwa Indonesia adalah negara yang penuh damai, kekerasan tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan agama apapun. Di Indonesia.

Harapan kami ke depan, anak-anak semakin melek huruf sehingga bisa membedakan antara keyakinan sesat dan ajaran agama yang benar, serta bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Selain itu, guru Irfan meminta para guru memulihkan dialog dan komunikasi dengan siswa guna mencegah perilaku yang tidak pantas. Tentu saja cara dan strategi harus diubah, tidak bisa lagi tradisional seperti dulu. Apalagi dalam kondisi globalisasi saat ini.

“Guru harus banyak belajar. Karena anak-anak sekarang lebih pintar karena selalu terhubung dengan dunia maya. Sekolah Damai ini ada karena anak-anak kita sedang diserang saat ini. Gadget yang terhubung dengan anak-anak telah menjadi alat propaganda.” efektif. terhadap mereka yang intoleran,” katanya.

Di tengah era digital yang mendominasi generasi muda, perlu adanya strategi baru untuk menanamkan nilai-nilai bagi guru di bidang agama, Pancasila dan bidang lainnya. perdamaian, nilai-nilai positif melalui program di dunia maya.

Indonesia tidak akan mengalami serangan teroris atau tidak ada serangan teroris di Indonesia pada tahun 2023. Namun keberhasilan tersebut tidak boleh membuat kita lengah, justru perlu meningkatkan kewaspadaan mulai dari sekarang. Penyebabnya adalah adanya perubahan model strategis kelompok teroris radikal, termasuk perempuan, remaja, dan anak-anak.

“Melalui Sekolah Damai, kami berharap dapat menyelamatkan anak-anak dan remaja dari paparan intoleransi, kekerasan, dan kekerasan yang dapat mengarah pada terorisme radikal,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menyambut baik diadakannya Sekolah Damai di SMAN 39. Ia berharap kegiatan ini bermanfaat dalam memerangi berbagai bentuk intoleransi, perundungan, dan kekerasan di satuan pendidikan.

“Membicarakan intoleransi tentu saja menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan di dalam kelas. Hal ini menimbulkan suasana yang tidak pantas di sekolah. Padahal, isu intoleransi, perundungan, dan kekerasan merupakan permasalahan serius yang sangat melemahkan kedisiplinan di sekolah.” dia berkata.

Bahkan, lanjut Purwosusilo, Dinas Pendidikan DKI Jakarta menerbitkan Surat Edaran Nomor 0061/SE/2023 tentang Tim Pencegahan dan Pengendalian Kekerasan (TPPK) di satuan pendidikan. Keberadaan TPPK adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ia berharap keberadaan SI tidak hanya bersifat administratif saja, namun harus diterapkan di setiap sekolah. TPPC masing-masing sekolah kemudian mengawasi area yang ditentukan pada setiap jam istirahat, sehingga anak-anak dapat terlibat dalam aktivitas tanpa pengawasan.

“Selanjutnya, kami mendorong siswa untuk melaporkan intoleransi dan perundungan serta menyaksikan perundungan terhadap orang lain. Jadi, siapkan pengaduan yang baik agar pemetaannya bisa lebih mudah dilakukan,” ujarnya.

Hari pertama Sekolah Damai di Jakarta SMAN 39 dihadiri Kolonel Kopral Hendro Wikaxono, Kepala Subdit Propaganda Anti BNPT, Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta Purwosusilo dan Kepala SMAN 39 Wahu Murnining. . Panel yang menjadi pembicara antara lain pakar BNPT M. Suayb Tahir, penulis dan pakar literasi H.M. Sofa Ikhson, mantan narapidana Iqbal Husayni dan Profesor Rena Latifa dari UIN Sirif Hidayatullah termasuk di dalamnya.

Hari kedua Sekolah Damai SMAN 39 diisi dengan seminar siswa “Siswa cerdas cinta perdamaian, tolak intoleransi, kekerasan dan kekerasan.” Juga akan ada lomba seni dan launching ekstrakurikuler oleh Duta Perdamaian BNPT DKI Jakarta. Pengkhotbah terkenal dan pembuat konten Habib Hussain Jaafar Al Hadar juga hadir dalam upacara tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours