BNPT Perkuat Public Resilience di Lingkungan Kampus

Estimated read time 5 min read

JAKARTA. Institusi pendidikan di negara ini masih menghadapi tantangan serius dalam memerangi penyebaran intoleransi, kekerasan, radikalisasi dan terorisme. Generasi muda, termasuk anak-anak, pelajar dan remaja, terus menjadi target perekrutan kelompok ekstremis dan teroris.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kini menyasar kalangan akademisi setelah menerapkan program Sekolah Damai di kalangan siswa dan guru dari berbagai sektor sebagai program prioritas pada tahun 2024 untuk mencegah dosa berat seperti intoleransi, kekerasan, dan perundungan di lingkungan pendidikan. Cegah penyebaran ideologi tersebut melalui Program Nasional Pemberdayaan Mahasiswa.

Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Dekriminalisasi BNPT Mayjen TNI Rodi Widodo mengatakan BNPT memiliki visi yang dituangkan dalam dokumen renstra, yaitu melindungi negara dan masyarakat dari ancaman teroris dan kegiatan kriminal. Indonesia maju berdasarkan gotong royong, berdaulat, dan individual.

“Rencana strategis ini tentunya bertujuan untuk menjamin keamanan seluruh bangsa dan menjamin keselamatan serta pencegahan generasi muda dari radikalisasi dan pemimpin teroris, menjamin rasa aman bagi seluruh warga negara dari ancaman tindak pidana terorisme. Termasuk pelajar dan mahasiswa,” kata Serang, kata Mayjen TNI Rodi Widodo saat grand opening Program Penguatan Kampus Nasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Kamis (04/07/2024).

Menurutnya, BNPT tetap mengerahkan seluruh kemampuan nasionalnya untuk melawan ideologi radikalisme dan terorisme di kalangan generasi muda dengan konsep pentaspiral dalam kerja sama dan kerja sama multipihak, salah satunya di bidang pendidikan.

“Pentahelix itu multipartai. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan pemberantasan terorisme ada di semua lini. Penetrasi di segala aspek terus kami kembangkan, termasuk lingkungan kampus melalui Kampus Nasional yang saat ini diselenggarakan di UIN Banten. Lawan ideologi terorisme,” kata mantan Kepala Biro Hukum dan Umum “Rencana BNPT” ini.

Dijelaskan, Kampus Kebangsaan merupakan salah satu program yang digagas Ketua BNPT Comzen Pol Raiko Amelza Dahnial yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Dulu juga ada program sekolah damai yang ditujukan untuk siswa dan guru.

“Ini merupakan upaya Kampus Nasional BNPT untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan kesadaran masyarakat, sehingga menjadi jera bagi civitas akademika untuk menghentikan ideologi tersebut,” ujarnya.

Program Kampus Nasional dinilai penting bagi mahasiswa karena mereka merupakan bagian dari generasi muda yang terlibat dalam pemberdayaan perempuan, anak, dan remaja melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme sebagai mitra BNPT di setiap provinsi.

“Untuk itu perlu diberikan kondisi mulai dari masyarakat terdekat, misalnya individu, lingkungan, kelompok atau komunitas, mahasiswa, sehingga nantinya setiap daerah menciptakan keberlanjutan regional yang kita sebut keberlanjutan sosial. Ini sebagai upaya untuk meningkatkan radikalisasi awal di lingkungan dan ketahanan masyarakat untuk mencegah, menangkal, mendeteksi atau mencegah terorisme,” ujarnya.

Untuk itu melalui kegiatan kampus nasional ini ia mengajak semua pihak khususnya civitas akademika untuk meningkatkan ketahanan diri terhadap dampak radikalisme terorisme dan membangun jati diri sejak dini melalui kepedulian terhadap lingkungan.

“Sesuai dengan tema kampus nasional, Lindungi Kampus Kita, mari kita bersama-sama menjaga kampus kita secara keseluruhan dan meningkatkan pendidikan dan literasi tentang bahaya ekstremisme dan terorisme agar mahasiswa dapat berpikir kritis. Dan menghindari kecenderungan ke arah ekstremisme,” kata lulusan akademi militer angkatan 1990 ini.

Pada kesempatan tersebut Rektor UIN SMH Prof. Wawan Wahyudin mengapresiasi langkah BNPT yang menyelenggarakan Program Penguatan Kampus Nasional bagi mahasiswa di kampusnya. “Secara pribadi, apalagi secara institusi, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada BNPT, dimana kampus kita merupakan kampus nasional. Sebab, selain kewajiban dan tarif, tidak hanya untuk saat ini, tapi juga untuk masa depan, kita. lindungi NKRI dan kampus harus bangkit dengan mengikutsertakan generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan,” Prof.

Sejauh ini pihaknya telah menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada seluruh civitas akademika, memperkuat Panchasheela, Binneka Tungal Eka, NKRI dan UUD 1945.

“Kami gencar memberikan PBNU dan memasukkannya ke dalam kursus. Apalagi hal ini juga kami sampaikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa baik para founding fathers bangsa ini maupun negara bangsa sependapat dengan NU (Nahdlatul Ulama). , Muhammadiya, Al-Vashlia, Al. Irsyad al-Islamiya, Matlaul Anwar, TNI, Polari dan non-Muslim lainnya juga saat itu,” ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan BNPT dalam menata kampus nasional bagi mahasiswa dinilai sangat penting dalam mengedukasi mahasiswa tentang bahaya radikalisasi dan terorisme. Sebab hal ini sebenarnya merupakan upaya untuk mengingatkan siswa yang sedang berada pada tahap perkembangan psikologis.

“Namun mereka juga, dengan bernuansa keagamaan dan keilmuan, merasa mempunyai tanggung jawab untuk menghayatinya tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga, kampus, dan negaranya. Pemahaman jauh lebih dalam, pemahaman bukan hanya sebagai ilmu, tapi juga diterapkan dalam kehidupan seseorang,” ujarnya.

Berbicara dalam kesempatan tersebut, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama, Prof Dr Ahmed Sainul Hamdi yang turut hadir sebagai konsultan dalam diskusi panel tersebut mengatakan, gerakan intoleransi mengikuti para lulusan dan mahasiswa. Kampus terkenal yang menghasilkan PNS yang menghasilkan guru. “Ide-ide ekstremis dan intoleran memerlukan perlindungan dari pihak berwenang, dan pemahaman ini dapat dengan mudah disebarkan melalui guru. Jadi diperlukan ketahanan dari institusi akademik seperti kampus untuk melawan ide-ide menyimpang,” kata Ahmad Sainul Hamdi.

Kampus juga merupakan tempat dibinanya para guru, dimana guru juga dapat mempengaruhi sikap siswanya. “Kalau ada dasar-dasar radikalisasi, tentu akan melemahkan mahasiswa dan tumbuh menjadi public figure. Oleh karena itu, harapannya ada filter dan amplifikasi di lingkungan kampus untuk mencegah hal tersebut terjadi,” ujarnya. .

Sekadar informasi, dalam acara yang dihadiri kurang dari 300 ilmuwan dari berbagai universitas di Banten itu, Direktur Departemen Pencegahan Prof. Dr Irfan Idris, Direktur Departemen Pencegahan, Prof. Dr Irfan Idris, Wakil Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kolonel Suess Dr Harianto, staf dan manajemen bersama Presiden FKPT Banten KH Amas Tajzuddin.

Turut hadir di UIN SMH Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pendukung Dr Gidayatullah, Denrem 064/Maulana Yusuf, Brigjen TNI Fierman Sahriyal August, Profesor Andy Faisal Bakti dari UIN Siyarif Gidayatullah Jakarta, Perwakilan Polda, Polri. Kantor Wilayah Intelijen Negara Banten (Binda) dan undangan lainnya.

Selain itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama, Prof. Dr Ahmad Sainul Hamdi, Guru Besar Bidang Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Andy Faisal Bakti dan tokoh garis keras BNPT Yudi Zulfachari juga hadir di sana. Berperan sebagai pembicara pada diskusi panel.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours