BPDPKS sebut perbedaan data jadi tantangan utama industri sawit RI

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan kesenjangan data di masing-masing kementerian/lembaga (K/L) dan asosiasi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi industri kelapa sawit Indonesia.

Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS Kabul Wijayanto menilai kurangnya ‘data tunggal’ luas lahan perkebunan sawit, jumlah produksi, dan jumlah petani sawit Indonesia juga menghambat pengembangan sawit. industri minyak.

Salah satu contohnya, ia menyoroti perbedaan data antara Buku Statistik Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2021-2023 dengan data wilayah berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian 833/KPTS/SR.020/M/12/2019.

“Kalau saya coba mengacu pada data statistik perkebunan, tahun 2019 (data) Kementan sebanyak 16,38 juta (hektar). Tapi data statistik (Ditjen Perkebunan) tidak ada pak, tiba-tiba tahun 2021 sekitar Tahun 2023 berubah menjadi 16,83 juta hektar, ditambah dengan luasan yang akan dikukuhkan, itu pekerjaan rumah,” kata Kabul saat menyampaikan sambutan pada Seminar Kelapa Sawit 2024 yang mengangkat tema ‘Mengukur Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik dan Ekspor : Urgensi dan Tantangan di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, hal serupa juga terjadi di tingkat Dinas Perkebunan di setiap daerah. Pencocokan data masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk mengembangkan industri kelapa sawit.

Selain perlunya perbandingan data, Kabul menyebut industri kelapa sawit Indonesia masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitasnya.

Menurut data statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, luas lahan kelapa sawit yang dimiliki petani kecil mencapai 6,04 juta hektar dengan jumlah petani kecil sebanyak 2,5 juta orang.

Pada tahun 2023, terdapat 142 ribu petani yang mengikuti program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR), dan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 151 ribu pada Mei 2024.

Menurut Kabul, hal ini menunjukkan adanya peluang besar untuk meningkatkan produktivitas. Dengan memanfaatkan potensi tersebut, peningkatan produktivitas petani masih dimungkinkan.

Artinya kalau kita melihat kesenjangan ini, masih banyak peluang, jika kita ingin meningkatkan produktivitas dari sisi petani, masih ada ruang untuk mewujudkannya, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours