BPPD Bali nilai Penglipuran perlu kaji soal kepadatan wisatawan

Estimated read time 2 min read

Bangli (ANTARA) – Ketua Badan Pengembangan Pariwisata Daerah (BPPD) Bali sekaligus Wakil Gubernur Provinsi Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati menilai Desa Wisata Penglipuran perlu melakukan survei kepadatan pariwisata di daerah tersebut.

Di Bangladesh, “Situasi Penglipura memerlukan penelitian di masa depan untuk mengetahui apakah penggunaan teknologi dengan keunggulan pariwisata bermanfaat.” Kamis.

Seperti diketahui, Kok As mendapat informasi dari Asosiasi Pariwisata bahwa jumlah wisatawan mengalami peningkatan dalam kurun waktu tertentu.

Menurutnya, hal tersebut wajar karena wisatawan yang berkunjung ke Bali selalu mengikuti jalur wisata dan desa wisata Penglipuran terletak di pusat Koh Preah.

Namun BPPD menilai Bali tidak boleh melakukan pengumpulan pada waktu-waktu tertentu, harus mencari solusi untuk mengurangi kemacetan wisatawan, dan pada waktu-waktu lain kondisinya justru sebaliknya.

“Sekarang sudah ada teknologi yang bisa bekerja sama dengan instansi yang mengatur atau mengubah arus, karena agen dan traveller ingin nyaman, tapi tidak tahu kapan waktu terbaiknya,” kata Kok As.

Selain menggunakan teknologi untuk mengontrol jam berkunjung jika diperlukan, pemandu wisata Ubud menyarankan perbedaan harga untuk wisatawan setengah hari.

Pengelola Desa Wisata Penglipuran I Wayan Sumiarsa membenarkan, kepadatan wisatawan mulai terasa lebih tinggi dari jumlah pengunjung ideal yang biasanya terjadi pada pukul 10.00-11.00 WITA dan 14.00 WITA.

Menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO), jumlah pengunjung desa wisata terindah yang luasnya 9 hektar ini mencapai 1.200 orang sekaligus. Baru-baru ini ada 3000-5000 kunjungan dan ditutup dalam waktu singkat.

Para pengelola dan penduduk desa adat mengatakan bahwa mereka bekerja tanpa kenal lelah untuk mengurangi kepadatan pengunjung, yang pernah mencapai 9.000 pengunjung setiap harinya.

Sumiarsa menjelaskan, solusi jangka pendeknya adalah dengan membuka fasilitas tambahan di desa wisata Penglipuran yang memiliki hutan bambu, dengan harapan bisa memecah kemacetan.

“Dalam jangka panjang, kami berencana menjual tiket secara online untuk memberikan pengalaman yang tak terlupakan,” ujarnya.

Sebagai destinasi wisata yang mengedepankan pengalaman Tri Hita Karana atau menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, umat manusia, dan alam lingkungan, pihak pengelola terus melakukan kajian untuk mencari solusi yang tepat.

Sumiarsa mengaku tak ingin wisatawan yang menempuh jarak jauh ke desanya menikmati indahnya pemandangan dan gaya hidup masyarakat di sana.

Hal ini juga untuk menjaga kenyamanan masyarakat sekitar Desa Wisata Penglipuran karena terdapat 380 keluarga yang tinggal di kawasan ini yang membutuhkan kenyamanan dalam kesehariannya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours