BRIN Kembangkan Senyawa Radioprotektif Bahan Alami untuk Terapi Kanker

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan bahan kimia radioprotektif berbahan kimia alami di dalam negeri untuk pengobatan penyakit kanker. Asisten Peneliti Pusat Penelitian Radioisotop, Radiofarmasi, dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN Isti Daruwati menjelaskan, banyak bahan kimia dan alat pelindung radio yang diproduksi dan dikonsumsi, seperti wine, vitamin, dan bahan lain yang diperoleh dari bakteri.

Namun demikian, masih perlu dipelajari mekanismenya untuk mengetahui cara melindungi sel-sel sehat dalam tubuh manusia, terutama karena adanya infeksi di rumah, ujarnya, Kamis (18 Juli 2024).

Dijelaskannya, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut mekanisme radioprotektif bahan kimia alami dalam memperbaiki kerusakan DNA, menghancurkan radikal bebas, anti inflamasi dan mengatur jalur sinyal.

“Pengembangan ini dilakukan untuk mencari kandidat baru dari hasil isolasi bahan alam sebagai radioprotektor, untuk digunakan dalam proteksi sel, berdasarkan radiasi internal dengan menggunakan Samarium-153-EDTMP (ethylene diamine tetra methylene phosphate),” ujarnya.

Pada penelitian ini, kata Isti, dilakukan tahapan pembuatan isolat alfa mangostin, kurkumin, dan piperin. Selanjutnya menyiapkan kit kering radiofarmasi EDTMP, memberi label pada kit EDTMP dengan Samarium-153, dan mengontrol kualitas Sm-153-EDTMP.

Kemudian dilakukan uji fisika-kimia Sm-153-EDTMP, penilaian radioaktivitas dan pengaruh radioaktivitas kombinasi dan isolasi pada sel akibat paparan radiasi internal Sm-153-EDTMP, penilaian dosis radiasi internal. ke budaya. organ diberikan Sm-153-EDTMP, dan tes in silico.

Melalui penelitian ini, Isti berharap bahan alami Indonesia seperti manggis, kurkumin, dan piperin dapat dimanfaatkan sebagai agen radioprotektif. Bisa kemandirian sumber daya farmasi, tapi juga kemandirian produk obat baru dalam negeri yakni Sm-153-EDTMP.

“Kami berharap penelitian ini dapat diturunkan menjadi uji khusus dan klinis untuk berperan dalam mengendalikan jumlah pasien kanker di Indonesia,” kata Isti.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours