Bumi Kelebihan Populasi Enam Miliar Manusia

Estimated read time 3 min read

Bisa dibayangkan betapa ramainya sebuah rumah dengan luas 70 meter persegi yang dihuni oleh 18 kepala keluarga dengan total penghuni rumah sebanyak 46 orang. Kabar rumah yang dihuni lebih dari 40 orang menjadi viral dalam beberapa hari terakhir. Rumah yang terletak di Desa Cisurupan, Desa Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi itu dihuni oleh nenek, anak, cucu, dan kerabat dekat.

Baca Juga: Bulan ini populasi manusia di bumi akan mencapai 8 miliar

Potret perumahan padat penduduk di Cimahi tak jauh berbeda dengan kondisi populasi manusia di Bumi saat ini. Pada tanggal 11 Juli 2024, masyarakat internasional merayakan Hari Populasi Sedunia. Informasi dari situs PBB menunjukkan bahwa Hari Populasi Sedunia ditetapkan pada tahun 1989 sebagai kelanjutan dari kepentingan yang dimunculkan oleh Hari Lima Miliar yang diperingati pada tanggal 11 Juli 1987.

Pada bulan Desember 1990, Majelis Umum PBB memutuskan, melalui Resolusi 45/216, untuk terus merayakan Hari Kependudukan Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kependudukan, termasuk hubungannya dengan lingkungan dan pembangunan. Dalam rangka Hari Populasi Sedunia, 11 Juli 2024, jumlah penduduk planet ini telah mencapai 8,12 miliar. Jumlah penduduk yang begitu besar diyakini membuat dunia menjadi sibuk. Ketika populasi dunia mencapai 5,5 miliar (1994), tim peneliti dari Stanford University, California menghitung jumlah populasi manusia ideal di Bumi.

Hasilnya, para peneliti mengatakan spesies manusia idealnya hidup antara 1,5 dan 2 miliar orang di Bumi. Artinya, bumi saat ini kelebihan penduduk sebanyak 6 miliar jiwa. Kelebihan populasi yang tiga kali lipat dari jumlah ideal menyebabkan masalah serius bagi manusia di Bumi. Krisis pangan, krisis energi, pemanasan global, penyebaran penyakit mematikan (virus, bakteri), polusi, kerusakan lingkungan dan sebagainya.

Angka kelahiran menurun drastis

Kekhawatiran terhadap nasib bumi akibat kelebihan populasi sudah menjadi kekhawatiran sejak lama. Thomas Malthus, seorang pendeta Inggris, menulis tentang keprihatinannya terhadap peningkatan populasi manusia dalam bukunya yang terkenal An Essay on the Principle of Population. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1798, ketika jumlah penduduk bumi hanya 800 juta jiwa. Dia memulai dengan dua pengamatan penting: setiap orang harus makan dan mereka menyukai seks.

Dalam buku ini Malthus juga sampai pada kesimpulan: “Populasi yang tidak terkendali akan bertambah dalam proporsi geometri. Sedangkan keberadaan hanya bertambah dalam proporsi aritmatika. ” tulis Malthus.

Apa yang dikemukakannya sekarang dikenal dengan teori Malthus. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan produksi pangan. Teori ini masih relevan hingga saat ini; buktinya jumlah penduduk bumi menderita akibat kelebihan populasi dan banyak negara yang mengalami krisis pangan.

Baca juga: Seperti Apa Populasi Dunia di Tahun 2050?

Meski populasi manusia cenderung terus bertambah, namun di beberapa negara justru terjadi penurunan populasi akibat rendahnya angka kelahiran. Seperti yang terjadi di Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Bulgaria, dan Ukraina. Perang, gaya hidup, dan tingginya biaya hidup menjadi penyebab turunnya angka kelahiran di negara-negara tersebut.

Indonesia yang kini berpenduduk sekitar 270 juta jiwa juga sedang mengalami tren penurunan jumlah penduduk. Hasil proyeksi penduduk Indonesia periode 2020-20250 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan hingga tahun 2045. Nigeria dan Pakistan diperkirakan akan melampaui jumlah penduduk Indonesia.

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus Rayanto mengatakan, penyebab menurunnya jumlah penduduk Indonesia karena program Keluarga Berencana (KB) non-pemerintah. Masyarakat lebih dewasa dalam merencanakan pernikahan atau mempunyai anak.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours