Canggih, Drone Rudal Jelajah Ini Dikendalikan Suara

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Startup teknologi pertahanan Anduril meluncurkan drone bersenjata terbarunya, Barracuda. Drone rudal jelajah ini cukup rumit karena dikendalikan dengan perintah suara.

Anduril telah menciptakan serangkaian model pesawat otonom yang mirip dengan rudal jelajah atau drone searah. Drone senjata tersedia dalam tiga konfigurasi – Barracuda-100, -250 dan -500 – dengan ukuran dan muatan yang meningkat di setiap versi.

Situs Breaking Defense melaporkan pada Senin (16/9/2024) konfigurasi terbesar Barracuda memiliki jangkauan lebih dari 804 kilometer dan mampu membawa beban lebih dari 50 kilogram. Sedangkan dua konfigurasi yang lebih kecil memiliki jangkauan lebih pendek dan muatan hingga 18 kilogram. Ketiga varian ini mampu terbang dengan kecepatan hingga 500 knot.

Chris Brose, chief strategy officer Anduril, mengungkapkan saat ini pihaknya berupaya meminimalkan penggunaan bahan pelindung khusus dan lebih mengandalkan komponen yang tersedia secara komersial. Barracuda dapat diluncurkan dari berbagai platform, seperti pesawat terbang, kapal laut, dan sistem darat.

Senjata ini dipilih pada tahap awal pengembangan oleh Divisi Inovasi Angkatan Udara dan Pertahanan Amerika Serikat sebagai kendaraan udara berbiaya rendah. Selain itu, Barracuda dapat dikonfigurasi sebagai rudal jelajah atau amunisi dengan fitur modular yang memungkinkannya melakukan berbagai fungsi seperti penipuan, deteksi target, dan serangan.

Kunci kemampuan otonom Barracuda terletak pada perangkat lunaknya, yang menggunakan platform Lattice milik Anduril. Perangkat lunak ini dapat membantu mengalahkan tindakan balasan musuh dan memfasilitasi pembaruan sistem.

Selain itu, Anduril juga menjajaki penggunaan model bahasa besar seperti ChatGPT untuk pengoperasian drone. Misalnya, operator dapat meminta laporan dari drone setelah melakukan patroli yang lama. Fitur ini telah diuji dalam simulasi dan kemungkinan besar akan diterapkan di lingkungan nyata dalam waktu dekat.

Meskipun terdapat kemajuan dalam kemampuan satu operator untuk menerbangkan beberapa drone secara bersamaan, tantangan seperti gangguan dari musuh masih tetap ada. Namun, Salmon, Vice President Air Dominance & Strike Anduril, berharap teknologi tersebut bisa diimplementasikan dalam beberapa tahun ke depan.

Demonstrasi perintah suara, yang memerlukan izin operator untuk menembakkan drone, menyoroti perdebatan tentang tingkat otonomi yang diperbolehkan untuk sistem senjata mematikan. Anduril berkomitmen untuk mematuhi kebijakan Departemen Pertahanan mengenai penggunaan senjata otonom, namun mereka juga menyadari bahwa kebijakan dapat berubah seiring waktu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours