Canggih, Satelit China Deteksi Target Berjarak Jutaan Kilometer 

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – China kembali membuktikan kehandalannya dalam mengembangkan teknologi. Kali ini mereka berhasil mengembangkan satelit yang mendeteksi target alien jutaan kilometer jauhnya.

Uji coba yang berhasil menunjukkan bahwa satelit Sistem Observasi Bumi dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini terhadap asteroid yang berpotensi berbahaya sejauh 2 juta kilometer jauhnya.

Laman teknologi menarik, Kamis (6/6/2024) memberitakan bahwa para astronom membutuhkan alat yang mampu melacak orbit asteroid secara akurat. Terkadang jarak sasaran yang jauh membuat pengamatan menjadi sulit.

Hal itu berubah ketika Tiongkok menempatkan satelit Jilin-1 ke orbit rendah Bumi. Semua target observasi luar angkasa dapat diamati meski jaraknya jutaan kilometer. Tentu saja negara-negara Barat khawatir.

Kehandalan satelit China terbukti ketika berhasil melacak asteroid 1994 PC1 yang berjarak 2 juta kilometer dari Bumi, atau lima kali lebih jauh dari Bulan. Jarak yang sangat jauh ini menyulitkan para astronom untuk menentukan orbitnya secara tepat.

Meski berukuran besar, jarak asteroid ini sangat jauh sehingga sulit diketahui apakah akan menabrak Bumi. Satelit Jilin-1 milik China yang biasa digunakan untuk mengamati Bumi, melakukan manuver luar biasa untuk melacaknya dengan lebih tepat.

Satelit Jilin-1 kemudian mengarahkan kameranya ke luar angkasa. Mekanismenya dimulai dengan memotret PC1 setiap detik dan mengumpulkan data penting.

Misi ini mencakup 51 tugas dari 17-21 Januari 2022, masing-masing berdurasi 15 detik. Dengan menggunakan gambar dari satelit, para ilmuwan mampu mengurangi kesalahan dalam menentukan orbit asteroid menjadi hanya 33 kilometer. Tentu saja, hal ini meningkatkan akurasi teleskop dua kali lipat. Hal ini memungkinkan para astronom untuk memastikan PC1 1994 akan melewati Bumi dengan aman dan menghindari risiko tabrakan.

Misi yang akan dilaksanakan pada Januari 2022 ini masih dirahasiakan meski baru-baru ini pemerintah China mengungkap kecanggihan satelit China. Kekhawatiran meningkat menyusul terungkapnya kemampuan peralatan luar angkasa Tiongkok yang diduga ditujukan untuk tujuan militer sehingga mengganggu keseimbangan strategis di luar angkasa.

Pemimpin proyek satelit Profesor Liu Jing dari National Astronomical Observatory of Chinese Academy of Sciences membenarkan bahwa akan ada pengamatan lebih lanjut. “Eksperimen lebih lanjut akan dilakukan untuk mengamati asteroid dekat Bumi yang lebih redup menggunakan instrumen luar angkasa yang ada,” tulisnya dalam jurnal China Deep Space Exploration pada April lalu.

Konstelasi satelit Jilin-1, yang didukung lebih dari 100 satelit, kini menjadi tulang punggung jaringan observasi Bumi Tiongkok. Satelit-satelit tersebut dikenal dengan kemampuan pencitraan berkecepatan tinggi dan resolusi tinggi, menangkap detail rumit seperti jet tempur F-22 AS dan peluncuran rudal.

Namun melacak asteroid yang jaraknya jutaan kilometer memerlukan penyesuaian inovatif, termasuk mengubah parameter paparan sensor optik.

Badan antariksa ESA dan NASA telah lama mempertimbangkan penggunaan satelit khusus untuk pengamatan asteroid, namun sebagian besar rencana tersebut masih bersifat teoritis. Keberhasilan eksperimen Tiongkok menunjukkan bahwa sistem pengamatan Bumi yang ada dapat digunakan kembali untuk meningkatkan kemampuan peringatan dini terhadap asteroid berisiko tinggi. Eksperimen ini juga menyoroti kemampuan kerja sama luar angkasa Tiongkok yang canggih, termasuk observatorium darat besar di Beijing dan Xinjiang, serta satelit khusus untuk observasi luar angkasa.

Di masa depan, tim satelit Tiongkok ingin mengintegrasikan jaringan radar darat yang besar untuk lebih meningkatkan kemampuan pelacakan dan penargetan.

Secara global, Amerika Serikat memimpin dalam sumber daya luar angkasa dengan lebih dari 8.000 satelit di orbit dan satelit Starlink SpaceX untuk komunikasi. Namun pesatnya pertumbuhan sistem observasi luar angkasa Tiongkok, termasuk satelit Jilin-1, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan militer AS.

Berbicara pada Forum Keamanan Angkatan Luar Angkasa di Mitchell Institute for Aerospace Studies, Jenderal B. Chance Saltzman, direktur operasi luar angkasa Angkatan Darat, prihatin terhadap konstelasi satelit intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) yang semakin meningkat di Tiongkok. “Secara khusus, Tiongkok memiliki lebih dari 470 satelit ISR, yang memanfaatkan jaringan sensor pemadam kebakarannya yang kuat,” kata Saltzman.

Jaringan sensor dan senjata baru ini menimbulkan ancaman berbahaya bagi pasukan yang dikerahkan. Kelly D. Hammett, direktur Space Rapid Capabilities Office, menyatakan keprihatinannya dan memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa tertinggal dalam perlombaan luar angkasa. “Kami membangun kemampuan baru dan mencoba hal-hal baru, namun yang dibutuhkan bukanlah struktur kekuatan untuk bersaing dan menghalangi,” kata Hammett.

MG/Muhammad Rauzan Ranupane Ramadhan

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours