Cara Olimpiade Paris perjuangkan kesetaraan gender

Estimated read time 2 min read

BEIJING (ANTARA) – Olimpiade Paris mendatang disebut-sebut berpotensi menjadi Olimpiade dengan kesetaraan gender terbanyak dalam sejarah. Klaim ini, meski diperdebatkan, merupakan langkah signifikan menuju inklusivitas.

Untuk pertama kalinya dalam 128 tahun sejarahnya, Olimpiade ditetapkan untuk mencapai pembagian gender 50-50 di antara para peserta, sebuah pencapaian yang luar biasa. Perkiraan menunjukkan bahwa 10.500 atlet akan bertanding di Paris, dimana 5.250 pria dan 5.250 wanita akan terwakili secara setara.

Namun bagaimana keseimbangan yang luar biasa ini dapat dicapai?

Olimpiade Paris akan memiliki 32 pertandingan dengan 329 pertandingan. Mencapai kesetaraan gender dalam jumlah peserta memerlukan lebih dari sekadar menyeimbangkan jumlah atlet putra dan putri di setiap turnamen.

Misalnya, senam ritmik yang melibatkan 94 atlet putri merupakan cabang olahraga khusus perempuan. Demikian pula gulat Yunani-Romawi tidak melibatkan peserta perempuan. Didominasi oleh wanita karena kesenjangan kinerja yang signifikan, pria diizinkan berkompetisi dalam renang artistik dalam acara beregu di Paris untuk pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade, meskipun tidak ada yang masuk dalam daftar 10 tim yang lolos.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, penyelenggara telah menyesuaikan kuota tim dalam olahraga tim seperti polo air dan sepak bola untuk memastikan kesetaraan gender secara keseluruhan. 12 tim akan berpartisipasi di polo air putra, dan 10 tim putri. 16 tim putra dan 12 tim putri akan bertanding di sepak bola di Paris.

Olahraga berkuda menonjol dalam Olimpiade, satu-satunya cabang olahraga yang melibatkan persaingan langsung antara atlet pria dan wanita, tanpa membedakan kuda. Joki wanita telah menunjukkan kekuatan yang setara dengan joki pria, terbukti di Olimpiade Tokyo, ketika wanita memenangkan sembilan dari 15 medali emas di cabang berkuda.

Namun, beberapa orang berpendapat bahwa sifat unik dari olahraga berkuda, di mana peran kuda dapat mengurangi pentingnya gender pengendaranya, memfasilitasi kompetisi campuran gender tersebut. Di luar kompetisi beregu campuran, pemisahan peserta laki-laki dan perempuan menghormati perbedaan fisik dan harus dilihat sebagai bentuk lain dari mendorong kesetaraan gender.

Masih harus dilihat apakah keseimbangan gender tersebut akan bertahan hingga Olimpiade di Paris resmi dimulai, karena berbagai faktor dapat mempengaruhi hasil akhirnya. Namun komitmen Perancis terhadap kesetaraan gender tetap jelas, karena telah melahirkan tokoh-tokoh terkemuka seperti Marie Curie, Joan of Arc, Simone Weil dan Simone de Beauvoir.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours