Cegah Cyberbullying di Sekolah, Siswa Butuh Kompetensi Etika Berinternet

Estimated read time 3 min read

SIDOARJO – Bahaya cyberbullying dapat dengan mudah membuat korbannya mengalami depresi, marah, cemas, khawatir, merugikan diri sendiri hingga ingin bunuh diri.

Keterampilan literasi digital terkait etika berinternet (netiket) diyakini dapat membuat seseorang lebih pintar untuk tidak melakukan cyberbullying.

Hal itu disampaikan Jurnalis Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Surabaya (STIKOSA AWS) Dosen Ilmu Komunikasi E. Rizky Wulandari saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital segmen pendidikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama dengan pihak terkait. kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Sidoarjo, Rabu malam (30/7/2024).

Keterampilan digital terkait netiket meliputi kemampuan mengakses, memilih, menganalisis, dan memahami informasi pada platform digital, kata Rizky. Kompetensi ini juga mencakup upaya melindungi diri dari tindakan negatif di platform digital (media sosial).

“Cerdas dalam memanfaatkan media sosial juga berarti memiliki kemampuan memeriksa pesan, mempersiapkan dan menyebarkannya, ikut serta membangun relasi, dan mengkolaborasikan informasi dan data dengan aman dan nyaman dalam platform digital,” perempuan yang akrab disapa Kiky ini , ungkapnya dalam keterangan resmi, Senin (30/7/2024).

Dalam diskusi bertajuk “Pintar-pintarlah dalam menggunakan media sosial tanpa cyberbullying,” Kiky juga menyampaikan bahwa ada beberapa bentuk cyberbullying. Ini termasuk tindakan yang menghasut atau provokatif, penghinaan, ejekan dan bahkan menghina orang lain.

Kemudian harassment berarti komentar, hinaan atau perkataan buruk, cybertalking atau menguntit dan memata-matai yang menimbulkan kekhawatiran hingga merusak nama baik dan reputasi orang lain.

Juga membuat akun palsu (impersonation), menyebarkan rahasia orang lain (spoofing), memanfaatkan kepercayaan orang lain (spoofing), dan membuat profil untuk mencuri informasi pribadi, menipu orang lain dan merusak reputasi, jelas Rizky Wulandari dalam diskusi. , dilanjutkan dengan melihat siswa-siswi dari berbagai madrasah (nobar) bersama-sama di wilayah Sidoarco.

Di Kabupaten Sidoarjo, sejumlah madrasah yang mengikuti kegiatan nobar kelas kali ini antara lain: MTs Maarif Ketegan, MTsN 3 Sidoarjo, MTsS Nahdlatul Ulama Sidoarjo, MA Darul Ulum Waru, MAN Sidoarjo, MTsS Fadllillah, MTSS Bilingual Muslimat, MA. -Amanah, MTs Muslimat NU Pancang, MTs NU Durungbedug, MTs Manbaul Hikam, MAS Islamiyah, MA Salafiyah Sidoarjo dan MTs Al Kautsar.

Di sisi lain, Ardiansyah, seorang pakar dan konsultan IT, meminta santri/santri memiliki keterampilan mengakses, mencari, memfilter, dan menggunakan seluruh informasi dan data yang diterima dan disebarkan dari berbagai platform digital yang dimilikinya.

“Literasi media digital berarti mengetahui, memahami, dan mampu menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dalam lanskap digital. Juga menggunakan mesin pencari informasi, aplikasi chat dan media sosial, serta dompet digital, pasar, dan transaksi digital, jelas Ardiansyah.

Sementara itu, presenter Azmy Zen berharap para korban kekerasan bisa menceritakan kisahnya dan mencari bantuan dari orang-orang tersayang seperti orang tua, teman, dan berbagi pengalaman.

“Anda bisa menghubungi guru atau tutor yang Anda percaya di sekolah atau kampus. “Sekarang banyak sekolah yang menyediakan guru untuk bimbingan dan nasehat,” tegas Azmy Zen.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours