Cerita Chyta, Lulusan Doktor Termuda Prodi Manajemen Pendidikan UNJ 

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Chytá Anindhita, mahasiswa PhD bidang Manajemen Pendidikan UNJ, lulus dengan predikat sangat memuaskan. Ia mempertahankan tesis doktoralnya melawan lawan-lawannya yang bertajuk “Strategi Kepemimpinan Digital untuk Meningkatkan Budaya Riset dan Inovasi di Perguruan Tinggi.”

Chyta lulus setelah 2 tahun 9 bulan dan menjadi mahasiswa S3 termuda kedua di program studi Manajemen Pendidikan.

Sebagai lulusan termuda, Chyta merupakan lulusan program doktor ke-5.073 sejak didirikan pada tahun 1978.

Baca juga: Untar Lulusan Doktor Pertama Ilmu Manajemen

Chyta menyatakan disertasi doktornya bertujuan untuk memungkinkan pengembangan pemikiran tentang kepemimpinan digital di perguruan tinggi dan memperkuat implementasi strategi kepemimpinan digital di perguruan tinggi untuk meningkatkan tumbuhnya budaya inovasi dan budaya penelitian.

Selain mempertahankan tesis disertasi doktornya, Chyta juga terlibat aktif dalam menciptakan karya-karya sejak masa studinya, antara lain: penerbitan buku Kepemimpinan Digital: Kepemimpinan Adaptif di Era Society 5.0 dan penerbitan majalah internasional dan nasional.

Chyta juga dalam sambutannya menyebutkan bahwa budaya akademik seringkali dipahami hanya sebagai pemenuhan kewajiban profesional, sehingga upaya ini bertentangan dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang bermutu.

“Elemen penting dalam mewujudkan pendidikan bermutu adalah kepemimpinan dan sumber daya manusia,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (26 Juni 2024).

Baca Juga: Inilah Maya Nabila, Lulusan Termuda S3 ITB Fakultas Matematika

Menurutnya, kepemimpinan digital dikaitkan dengan peningkatan budaya riset dan inovasi, yang menurutnya juga diperkuat pada riset yang sudah ada.

Menurut Chyta, kepemimpinan digital hadir dalam transformasi model kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan akademik digital, seperti publikasi penelitian dan inovasi, dengan menggunakan platform media sosial seperti saluran YouTube yang menjamin keterbukaan informasi dari sivitas akademika. dan upaya menumbuhkan budaya inovasi.

Ia juga menjelaskan bagaimana sistem kepemimpinan digital bisa muncul di universitas seperti UNS, yang menjadi subjek penelitiannya.

“Teknologi digital membawa perkembangan baru, dan teknologi adalah kunci keunggulan kompetitif,” ujarnya.

Menurut Prof. Komariah sebagai penguji eksternal keterampilan kepemimpinan digital merupakan upaya strategis bagaimana upaya digitalisasi dapat dilakukan melalui berbagai upaya yang menjamin keterbukaan dan partisipasi aktif berbagai pihak serta bertujuan untuk memastikan dampak positif yang bertahan lama.

Prof. Ucu Cahyana selaku penguji menilai topik penelitian ini menarik terkait kepemimpinan digital dalam meningkatkan budaya riset dan inovasi di perguruan tinggi.

Menurutnya, dunia digital kini sudah menjadi sesuatu yang familiar dalam kehidupan sehari-hari, terutama berguna dalam proses kepemimpinan. Oleh karena itu, menurut Prof. Saya mengajarkan budaya kepemimpinan digital yang penting bagi universitas saat ini.

Namun, pada saat yang sama, ia mengingatkan bahwa kepemimpinan digital bukanlah satu-satunya faktor kunci dalam mendukung budaya penelitian dan inovasi.

Artinya, para pemimpin memahami bahwa teknologi digital itu perlu, namun bukan kunci utama dalam menjalankan suatu organisasi, jelasnya.

Sebagai penguji, Profesor Eliana Sari juga menyatakan bahwa kepemimpinan digital juga harus mencakup keterampilan sosial digital dan kepercayaan digital, karena kedua hal ini kini dipandang sebagai teladan penting bagi kepemimpinan.

“Dalam membangun suasana akademik digital, pertimbangan etika harus diperhatikan,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours