Cerita Ester, Wisudawan Termuda ITS Kelar Kuliah Teknik di Usia 20 Tahun

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Esther Hotmaria berhasil menjadi lulusan termuda ITS. Beliau lulus dari Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Konstruksi, Perencanaan dan Geoengineering pada usia 20 tahun 4 bulan.

Tidak butuh waktu lama bagi Esther untuk lulus dengan gelar sarjana teknik, yang terkenal sulit. Ia telah menyelesaikan tepat delapan semester dan akan diwisuda pada Sabtu (21/9/2024).

Esther lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 28 Mei 2004. Esther kecil menyelesaikan pendidikan dasar di SD Hang Tuah 10 Juanda segera setelah lulus Taman Kanak-Kanak (TK) pada usia 6 tahun.

Baca juga: Kisah Ravido, Pria asal Riau yang Meraih Doktor Termuda dan Tercepat di UGM

Peraturan sekolah negeri saat itu yang mewajibkan calon siswa berusia minimal 7 tahun membuat Esther terhambat. Makanya saya pilih sekolah swasta agar bisa masuk SD di usia 6 tahun, ujarnya dalam siaran pers, Kamis (19/9/2024).

Ia pun mengungkapkan, dirinya berambisi untuk cepat menyelesaikan studinya karena tidak ingin membebani orang tuanya yang sudah mendekati usia pensiun.

Ambisi tersebut muncul saat ia mengikuti program akselerator semasa SMP dan SMA. “Pilihan ini

“Saya berhasil menyelamatkan dua tahun studi,” lanjut adik dari dua bersaudara itu.

Baca Juga: Frista Jadi Lulusan Termuda UGM, Masuk SD di Usia 4 Tahun

Setelah lulus SMA Negeri 1 Sidoarjo pada usia 16 tahun, Esther merasa memiliki passion di industri perminyakan dan pertambangan. Ketertarikan tersebut menjadi motivasi gadis asal Sidoarjo ini untuk melanjutkan studinya di Kampus Pahlawan.

“Di sini saya menemukan teman-teman yang mendukung saya untuk terus berkembang,” kata Ester yang sudah menjadi mahasiswa ITS sejak tahun 2020 ini.

Berkat lingkungan yang mendukung tersebut, Esther merasa nyaman dan tidak menemui kendala berarti, meski usianya lebih muda dari teman-temannya. Bahkan, Esther menilai dunia perkuliahan memiliki laju intensitas pembelajaran yang tidak secepat saat ia masih mengikuti program akselerasi.

“Makanya saya mengisi waktu luang dengan mengikuti berbagai kegiatan non-akademik,” jelas putri Hasoloan Samosir dan Tiurma, Theresia L Tobing.

Gadis yang gemar travelling ini mengatakan, alasan dirinya memulai kegiatan non-akademik karena tidak ingin menjadi mahasiswa yang minim pengalaman selama kuliah.

Setelah tergabung dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) ITS, Esther juga tergabung dalam Perkumpulan Ahli Geofisika Eksplorasi Cabang Mahasiswa ITS. “Di sini saya berkesempatan bertemu banyak orang yang mempelajari bidang yang sama dengan saya,” ujarnya.

Dalam upaya menyempurnakan jiwa kompetitifnya, Esther berkali-kali menguji kemampuannya di berbagai kompetisi. Salah satu hasil terbaiknya adalah ketika ia berhasil merebut gelar dengan nilai tertinggi pertama dalam Derrick Geothermal Case Competition 2022.

Selain itu, mahasiswi pecinta musik ini juga meningkatkan kemampuan internasionalisasinya dengan berbagai cara, salah satunya adalah ketika ia berkesempatan memberikan materi terkait tanah longsor kepada mahasiswa di Tarlac Agricultural University (TAU), Filipina.

Namun tidak berhenti sampai disitu, Ester juga mengikuti kegiatan CommTECH Exploration ITS dan berkesempatan mengerjakan proyek bersama beberapa mahasiswa ITS dan Negeri Sakura.

Naik turunnya kehidupan selama menempuh pendidikan sangat berarti bagi Ester karena dalam setiap prosesnya ia yakin Tuhan selalu menyertainya.

Apapun kendala yang muncul, Esther akan selalu menghadapinya dan menyelesaikannya sedikit demi sedikit agar segalanya terasa lebih mudah. “Kita tidak boleh menyerah dan kita harus percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours