Cerita Selly, diaspora pertama pencipta kosmetik halal di Jepang

Estimated read time 4 min read

Tokyo (ANTARA) – Sally Septiani Dewey menjadi diaspora Indonesia pertama yang memperkenalkan kosmetik atau perawatan kulit halal di Jepang.

Di Tokyo, Jepang, kepada ANTARA, Selasa, ia ingin membangun bisnis di kawasan tersebut sejak ia masih tinggal di Indonesia 10 tahun lalu. Saat itu, ia masih bekerja sebagai apoteker dan penjaminan mutu di perusahaan tersebut, namun belum mempertimbangkan untuk fokus pada produk halal.

“Di Indonesia, saya mulai merencanakan langkah perawatan kulit saya, tetapi atas izin Tuhan (takdir dan Tuhan) saya bertemu dengan suami saya yang sedang belajar dan bekerja di Jepang. Kami menikah dan mereka membawa saya ke Jepang.” Lalu saya punya anak, jadi keinginan ini saya simpan sejak lama, lima atau enam tahun yang lalu, tapi saya masih punya keinginan kuat untuk mewujudkan mimpi itu,” ujar WNI yang tinggal di Osaka itu.

Selama ini Celli bekerja sebagai konsultan pengembangan produk perawatan kulit di perusahaan kosmetik Indonesia. Ia kemudian menelaah berbagai produk yang diminati konsumen lokal dan Indonesia untuk dijadikan perbandingan, baik dari segi formulasi, kandungan, termasuk halal.

Mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, maka halal sangatlah penting. Umumnya, selain menanyakan formulasinya, juga menanyakan apakah produk tersebut mengandung bahan-bahan penting. Terlebih lagi, terdapat informasi tersebut dan yang mengejutkan, banyak produk kosmetik dengan kandungan yang dipertanyakan di Jepang karena mengandung bahan-bahan penting, kemungkinan dari sumber non-halal.

Setelah pengalaman tersebut, ia akhirnya terinspirasi untuk menciptakan produk perawatan kulit yang halal di Jepang, yang bisa Anda hitung dengan jari, karena produk di negara ini jarang ditemukan.

Ia menyadari bahwa umat Islam di Jepang masih minim pemahaman mengenai perawatan kulit halal. Beda dengan makanan, mereka sedikit lebih peduli karena menganggapnya untuk kepentingan luar, padahal hanya relevan. Padahal, menurut aturan, tidak hanya yang dimakan, tapi yang dikonsumsi dalam Islam juga harus tayyib (baik). Pada saat yang sama, Jepang adalah negara minoritas Muslim, sehingga masyarakat negara ini tidak tertarik dengan masalah ini.

Produk yang mereka jual dibuat untuk kebutuhan mereka, bukan untuk umat Islam, sehingga Sally memandang perlu adanya solusi untuk memenuhi kebutuhan perempuan muslim.

Mendirikan bisnis halal di negara minoritas Muslim tentu bukan tugas mudah bagi ibu tiga anak ini. Dengan bantuan suaminya yang bekerja di sektor ekspor-impor, setahun kemudian, ia menemukan kecocokan dengan perusahaan kosmetik halal Jepang yang menjual produknya ke negara mayoritas Muslim seperti Malaysia.

Untuk menjalankan bisnis legal di Sakura, Celli perlu mendapatkan visa permanen, sebuah proses yang bisa dikatakan melemahkan mental.

Awalnya ada keraguan apakah ia memenuhi persyaratan visa permanen, namun permohonannya akhirnya disetujui, meski prosesnya cukup panjang.

Tantangannya tidak berhenti sampai disitu saja, tantangannya juga sampai pada proses pemilihan bahan baku produk perawatan kulit yang serius. Celli awalnya mengaku ingin memasukkan unsur bahan Indonesia ke dalam produknya, namun seringkali perusahaan menolak usulan tersebut karena mementingkan standar kendali mutu.

Melalui perjalanan panjang, brand Hajime Skincare and Herbs telah mampu menghasilkan rangkaian produk kolagen dan elastin yaitu cleanser, toner atau lotion dan serum.

Sejak diluncurkan pada Februari 2024, Celli mengaku baru memproduksi 200 unit dari ketiga produk tersebut, dimana 60 persen dijual dalam bentuk serum, 30 persen sebagai pembersih, dan 15 persen sebagai toner.

Selain produk perawatan kulit, Celli juga menjual obat herbal dan memberikan pelayanan baik di tempat usahanya maupun di rumah klien (home treatment).

Celli mengaku tidak menyasar konsumen Jepang sebagai pasar utamanya karena sebagian besar produk kolagennya dijual, melainkan kepada muslimah Jepang.

Itu menyerahkan segalanya pada keinginan atau selera pengguna. Hal ini dinilai dari feedback pengguna karena produk nyaman digunakan, terasa ringan di wajah dan dapat memberikan efek melembapkan. Produk ini mengandung lebih dari 50 persen bahan aktif kolagen dan elastin. Oleh karena itu, Celli sangat yakin bahwa produk kosmetik tersebut memiliki manfaat dan kualitas yang sangat baik untuk kecantikan kulit. Sakura mengaku menjadi satu-satunya produk Tanah Air yang mengandung kolagen dan elastin halal.

Saat ini, produk-produk tersebut sebagian besar dipromosikan melalui media sosial, dan ada pula yang ditawarkan di salon-salon Jepang.

Dengan menciptakan produk kosmetik halal, Celli berharap dapat menjadi sarana edukasi, kesadaran penggunaan produk kecantikan halal, dan kolaborasi bagi konsumen pencari kosmetik halal dan umat Islam lainnya yang memiliki usaha serupa. .

Soalnya, wanita bukan sekadar mencari perawatan kulit yang bagus, viral, atau terlaris. Baginya, sebagai umat Islam, perempuan harus memastikan produk perawatan kulit yang mereka gunakan halal karena ada aturan dalam agamanya.

Kedepannya, pihaknya juga berencana memproduksi lebih banyak pilihan seperti pelembab, tabir surya, bedak, alas bedak, dll dan mungkin akan diekspor ke negara-negara mayoritas Muslim.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours