China ajak Indonesia sama-sama dukung negara Afrika sebagai mitra

Estimated read time 3 min read

BEIJING (ANTARA) – Pemerintah China meminta Indonesia bersama-sama mendukung negara-negara Afrika sebagai mitra “belahan bumi selatan”.

“China siap memperkuat kerja sama dengan Indonesia dan bersama-sama mendukung negara-negara Afrika dan mitra Belahan Bumi Selatan lainnya untuk mencapai pembangunan dan kesejahteraan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Rabu.

Hal ini diungkapkannya pada pelaksanaan Forum KTT Kerjasama Tiongkok-Afrika 2024 yang akan diselenggarakan di Beijing pada tanggal 4 hingga 6 September 2024 yang mempertemukan Tiongkok dan 53 negara Afrika serta Komisi Uni Afrika.

Sebelumnya, Indonesia juga menjadi tuan rumah Indonesia-Africa Forum (IAF) kedua di Bali pada 1-3 September 2024 yang menyerukan persatuan “Global South” sebagai pendorong perubahan.

Mao Ning mengatakan bahwa Tiongkok dan Indonesia adalah negara berkembang utama dan anggota penting dari “negara selatan”.

“Selatan” sendiri mengacu pada negara-negara di Asia, Amerika Selatan, Afrika, dan Oseania yang masih berkembang, bahkan berpendapatan rendah, dan seringkali terpinggirkan secara politik atau budaya. Penggunaan istilah “Global Selatan” menandai pergeseran dari fokus utama pada perbedaan budaya menjadi penekanan pada hubungan kekuasaan geopolitik.

Mao Ning mengatakan Tiongkok selalu berpegang pada prinsip keramahan, keramahan, keramahan, dan saling menguntungkan dalam kerja samanya dengan Afrika.

Mao Ning mengatakan Tiongkok dan Afrika secara aktif menerapkan hasil Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika.

Upaya-upaya ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan bersama antara Tiongkok dan negara-negara Afrika dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat kedua negara. kata Mao Ning.

Hal ini telah meletakkan dasar yang kuat untuk membangun komunitas tingkat tinggi Tiongkok-Afrika dengan masa depan bersama.

FOCAC (Forum on China-Africa Cooperation) adalah forum kerja sama resmi antara Tiongkok dengan 53 negara di benua Afrika (kecuali Swaziland) dan Komisi Eropa.

Organisasi ini pertama kali didirikan pada tahun 2000 di Beijing dan mengadakan pertemuan tingkat tinggi (KTT) di tingkat kepala negara/pemerintahan setiap tiga tahun sekali.

Forum KTT Kerja Sama Tiongkok-Afrika 2024 akan diadakan di Beijing, Tiongkok pada tanggal 4 hingga 6 September. Temanya adalah “Bekerja sama untuk mendorong modernisasi dan membangun komunitas tingkat tinggi Tiongkok-Afrika dengan masa depan bersama”.

Pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa sejak pembentukan Forum Kerjasama Tiongkok-Afrika, perusahaan-perusahaan Tiongkok telah membantu negara-negara Afrika membangun atau merehabilitasi lebih dari 10.000 kilometer jalur kereta api, lebih dari 100.000 kilometer jalan raya, lebih dari 1.000 jembatan dan hampir 100 pelabuhan. Selain itu, teknologi pertanian Tiongkok dilaporkan berhasil meningkatkan hasil panen lokal rata-rata 30% hingga 60%.

Pada saat yang sama, impor Tiongkok dari Afrika mencapai $305,9 miliar dari Desember 2021 hingga Juli 2024, menurut Kementerian Perdagangan Tiongkok. Tiongkok juga telah menjadi mitra dagang utama Afrika selama 15 tahun berturut-turut.

Sementara itu, Forum Indonesia-Afrika Kedua (Indonesia-Africa Forum atau IAF) merupakan forum kerja sama yang pertama kali diselenggarakan antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika pada tahun 2018, dengan semangat awal untuk menghidupkan kembali “Spirit of Bandung” Asia-Afrika tahun 1955. Konferensi.

Konferensi IAF kedua yang diadakan di Bali pada 1-3 September 2024 bertema “Agenda Semangat Bandung Afrika” akan menghadirkan enam Kepala Negara/Pemerintahan dari Rwanda, Liberia, Ghana, Swaziland, Zanzibar dan Zimbabwe. dan total peserta sebanyak 1400 peserta yang berasal dari 29 delegasi nasional.

IAF kedua juga mencapai kesepakatan komersial di kawasan industri strategis, sembilan kawasan bisnis kesehatan, dan enam kawasan bisnis energi baru terbarukan (EBT) dengan total nilai lebih dari US$3,5 miliar (sekitar Rp 54,4 triliun).

Pemerintah Indonesia melihat IAF sebagai sarana penting untuk menarik “selatan” sebagai kekuatan yang stabil dan mendorong perubahan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours