China minta jaminan keamanan warganya di Myanmar utara

Estimated read time 2 min read

Beijing (ANTARA) – Pemerintah China meminta jaminan untuk melindungi warganya di Myanmar utara, menyusul laporan bahwa kelompok bersenjata dari etnis minoritas telah mengambil alih sebuah kota di Negara Bagian Shan, yang berbatasan dengan China.

“Kami meminta pihak-pihak terkait di Myanmar untuk mengadakan dialog dan konsultasi, mengakhiri konflik secepatnya, menyelesaikan konflik secara damai, mencegah eskalasi,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning kepada media di Beijing, Tiongkok (25/7).

Media lokal di Myanmar yang dikendalikan oleh Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) mengatakan kelompok itu telah “sepenuhnya mengambil alih markas Komando Militer Timur Laut di kota Lashio”, yang menampung sekitar 150.000 orang.

Lashio terletak di utara Negara Bagian Shan, sekitar 120 kilometer dari perbatasan Tiongkok. Kota ini direbut setelah 23 hari pertempuran oleh pasukan junta.

“Kami juga meminta perlindungan terhadap masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan, wilayah proyek, dunia usaha, dan masyarakat Tiongkok di Myanmar.” kata Mao.

“Tiongkok akan terus mendorong perundingan damai dan mendorong Myanmar utara untuk mempertahankan gencatan senjata dan perundingan damai,” tambah juru bicara itu.

Mao mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok terus memantau secara ketat situasi di Myanmar utara.

Meski MNDAA mengklaim telah menangkap orang-orangnya, juru bicara Junta Zao Min Tun mengatakan klaim tersebut tidak benar.

Negara Bagian Shan, di Myanmar utara, dilanda pertempuran sejak akhir Juni, ketika koalisi kelompok etnis bersenjata mulai mengganggu personel militer di jalan raya menuju provinsi Yunnan, Tiongkok.

Pertempuran tersebut juga melemahkan upaya untuk mengakhiri pertempuran yang dilancarkan oleh Beijing pada bulan Januari untuk menghentikan pergerakan Tentara Arakan (AA), Tentara Pembebasan Nasional Taeng (TNLA) dan koalisi MNDAA.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dalam pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Vientiane, Laos pada Kamis (25/7) juga menegaskan keengganan junta Myanmar untuk bergabung dalam proyek perdamaian regional yang telah diselenggarakan sebelumnya.

Rencana perdamaian tersebut dirancang untuk menyelesaikan krisis akibat kudeta tahun 2021 di Myanmar.

Wilayah perbatasan Myanmar adalah rumah bagi berbagai kelompok bersenjata yang berperang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948 untuk mendapatkan otonomi dan kendali atas sumber daya.

Minggu ini, tiga orang tewas dan 10 lainnya terluka dalam serangan udara militer di kota Laokai yang dikuasai MNDAA di perbatasan dengan Tiongkok. Di antara korban luka terdapat tiga warga negara Tiongkok.

Kelompok bersenjata tersebut merebut Laokai pada bulan Januari setelah sekitar 2.000 pasukan junta menyerah, yang merupakan salah satu kemenangan militer terbesar dalam beberapa dekade.

Myanmar memperingati 76 tahun kemerdekaannya

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours