CORE: Enam tantangan ekonomi yang perlu diantisipasi Indonesia

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Indonesia Center for Reform on Economics (CORE) menyatakan terdapat enam permasalahan atau risiko perekonomian baik di tingkat internasional maupun domestik yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia dan patut diantisipasi sebelum pemerintahan baru Presiden terpilih Prabowo. . Subbianto.

“Ada enam ancaman global dan berdampak pada perdagangan luar negeri dan konsumsi dalam negeri Indonesia,” kata Direktur CORE Indonesia Mohammad Faisal pada CORE Midyear Economic Review 2024 di hadapan pemerintahan baru di Jakarta, Selasa.

Faisal mengatakan enam permasalahan ekonomi adalah melemahnya permintaan dan kelebihan pasokan di Tiongkok, resesi AS, penguatan harga minyak dan ancaman inflasi, lambatnya pertumbuhan barang luar negeri, kenaikan harga luar negeri, dan perlambatan ekonomi dengan Tiongkok. Ini juga melemahkan pola makan.

Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga menurunnya permintaan domestik Tiongkok dan menurunnya aktivitas perekonomian AS akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Selain itu, naik atau turunnya ekspor Tiongkok dapat mempengaruhi besarnya impor dari Tiongkok ke Indonesia. Ketika aktivitas ekspor menurun dan meningkat, maka volume perdagangan pun menurun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat surplus sebesar US$2,39 miliar pada Juni 2024, turun dibandingkan surplus pada Mei 2024 sebesar US$2,92 miliar.

Di sisi lain, meski harga komoditas, khususnya ekspor utama Indonesia, sudah mulai naik atau pulih, namun pertumbuhan ekspor Indonesia justru melambat.

Faisal mengatakan, salah satu penyebab lambatnya penurunan Indonesia adalah tingginya ketergantungan Tiongkok terhadap impor luar negeri, namun permintaan dalam negeri Tiongkok yang menurun sehingga berdampak pada kiprah Indonesia di Tiongkok. Sementara itu, impor dari Tiongkok ke Indonesia juga meningkat sejak awal tahun 2024, terutama pada pakaian jadi dan tekstil.

Selain itu, pasca Pemilihan Umum (Pemilu) dan Idul Fitri, persediaan pangan rumah tangga, khususnya pangan dalam negeri, mengalami penurunan. Pemerintah sebaiknya menilai risiko melemahnya aktivitas domestik terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 4,91 persen pada triwulan I tahun 2024, didukung oleh maraknya bulan Ramadhan dan pemilu tahun 2024.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours