DBS sarankan pilih obligasi dalam dolar AS jika bunga Fed turun di Q4

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Head of Product and Investment Advisory PT Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo menyarankan nasabah untuk berinvestasi pada obligasi pemerintah yang diterbitkan pemerintah Indonesia dalam dolar AS jika suku bunga acuan (FFR) The Fed turun pada kuartal IV 2024.

“Sekarang kalau kita lihat, nilai imbal hasil (yield) obligasi dolar AS yang diterbitkan pemerintah Indonesia sangat menarik. Kalau dibandingkan US Treasury, kita lebih bagus. Jadi konsumen, investor atau konsumennya punya kekuatan yang sama dengan AS saat ini. memiliki. dolar tapi tidak tahu mau berinvestasi di mana, bisa berinvestasi di obligasi dolar Amerika,” kata Djoko di Jakarta, Kamis.

Selain itu, investor dapat mengalihkan investasinya ke reksa dana luar negeri (luar negeri) dalam mata uang dolar AS, termasuk reksa dana syariah luar negeri. Jika suku bunga The Fed diturunkan, meski diturunkan secara bertahap, diperkirakan akan terjadi pergerakan positif pada nilai saham AS, termasuk ekuitas syariah.

“Berinvestasi di reksa dana yang bersertifikat syariah itu bagus selain teknologi (saham). Teknologi, kita semua tahu ya. (Saham di bidang teknologi) juga bagus,” kata Djoko.

DBS Research Group memproyeksikan nilai tukar rupee terhadap dolar AS akan menguat pada kuartal keempat tahun ini, dengan asumsi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya mendekati atau pada level yang sama di tahun ini. kuartal keempat tahun ini.

Dengan kemungkinan penguatan rupiah pada paruh kedua atau akhir tahun ini, Analis Riset DBS Group Maynard Arif mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diperkirakan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik.

“Soal level target (IHSG), kami melihat sejauh ini perkiraan kami masih sangat optimis di kisaran 7.700 untuk akhir tahun. Tapi sekali lagi, itu juga tergantung kebijakan The Fed nanti seperti apa, lalu pemilu (di tahun Amerika Serikat). Serikat), ”kata Maynard.

Maynard mengatakan, jika suku bunga The Fed turun, maka banyak sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti perbankan, produk konsumsi, dan properti berpotensi menarik investor. Lagi pula, saham-saham perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar atau kapitalisasi besar juga menarik untuk disimak.

“Dengan amandemen kemarin, (investor) asing keluar. Tapi kalau ada pihak luar yang masuk, biasanya mereka masuk ke pasar-pasar besar terlebih dahulu. “Kita tinggal melihat big book seperti apa yang kemungkinan besar akan diperbaiki namun memiliki prospek pertumbuhan positif pada tahun ini dan mungkin tahun depan yang menurut kami menarik untuk didapatkan,” kata Maynard.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours