Demi NZE 2060, PLN EPI Maksimalkan Biomassa Melalui Co-Firing

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Perusahaan listrik nasional Energi Primer (PLN EPI) terus memperkuat rantai pasokan biomassa sebagai salah satu langkah strategis untuk mencapai net zero emisi (NZE) pada tahun 2060.

Dalam diskusi kelompok (FGD) bertema “Risiko, Tantangan dan Mitigasi Rantai Pasok dan Pengaturan Komponen Penetapan Harga Batubara dan Biomassa serta Energi Baru Terbarukan (EBT) Lainnya” di Semarang, Direktur Utama PT PLN EPI Aywan Agung Firtantara menyampaikan bahwa PLN EPI akan meluncurkan program co-firing yang dilakukan yakni mengganti batu bara dengan biomassa dengan rasio tertentu sebagai langkah konkrit mencapai NZE pada tahun 2060.

“Indonesia memiliki potensi produksi biomassa yang besar. Pada tahun 2021, PLTU Grup PLN menggunakan 250.000 metrik ton biomassa untuk co-firing. Pada tahun 2022, jumlah tersebut akan meningkat menjadi 500.000 metrik ton, dan pada tahun 2023 akan melebihi 1 juta metrik ton. “Tahun ini target kami 2,2 juta ton,” kata Ivan, Jumat (26/07/2024).

Pemanfaatan biomassa untuk co-firing dan pengganti batu bara telah mendapat dukungan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo. Menurut dia, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen) Nomor 12 Tahun 2023 “Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa Sebagai Campuran Bahan Bakar Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap” telah diterbitkan dan secara hukum akan menjamin penggunaan biomassa.

“Peraturan ini masih menunggu harmonisasi dengan Peraturan Menteri Keuangan yang saat ini sedang dalam proses revisi,” ujarnya.

Hilman Komarsono, Kepala Departemen Risiko Kredit Direktorat BUMN PRKNDJPPR, juga menyatakan dukungannya terhadap program pembakaran bersama Kementerian Keuangan. Menurut dia, Menteri Keuangan Shri Mulyani telah mengeluarkan pedoman dukungan optimal bagi pengembangan ekosistem biomassa.

Di tempat lain, Marve Nani Hendiarti, Wakil Menteri Koordinasi Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hutan Kementerian Koordinator, mengatakan pembakaran bersama dan pemanfaatan biomassa juga akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja. “Ketersediaan biomassa yang cukup, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber energi untuk menjalankan program dan menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

Mendukung pernyataan tersebut, perwakilan PT Elektrika Construction Nusantara Kalimantan Barat Novararidi menjelaskan dalam diskusi tersebut, pabriknya tetap bekerja dengan menyerap tenaga kerja lokal yang mengolah kelapa sawit kosong menjadi pelet tanko yang dikirim ke PLTU.

Komisaris PT Solusi Hutama Mahesa, Roeswandi juga menambahkan, PLTU biomassa akan memberikan peluang bagi masyarakat sekitar PLTU untuk berbisnis. Sementara itu, Sarjiya, Kepala Pusat Penelitian Energi UGM, menekankan pentingnya pertimbangan biaya dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Joko Siswanto juga menekankan pentingnya transisi energi menuju penggunaan energi ramah lingkungan. “Tujuan dari revisi Kebijakan Energi Nasional (NEP) adalah sebagai pedoman upaya pelaksanaan kebijakan pengelolaan energi berdasarkan prinsip pemerataan, keberlanjutan, integrasi, efisiensi, produktivitas, dan masa depan lingkungan dalam rangka mewujudkan kemandirian energi nasional. menjamin ketahanan energi nasional dan pemenuhan komitmen dekarbonisasi Indonesia,” ujarnya.

Joko menambahkan, optimalisasi pemanfaatan biomassa melalui program co-firing dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengurangi ketergantungan terhadap batu bara dan meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours