Demurrage Beras Bulog, DPR Dorong Pengawasan Teknis Lapangan

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina meminta pemerintah bertanggung jawab membayar uang atau denda atas beras Bulog ekspor sebanyak 490 ribu ton senilai Rp350 miliar yang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Nevi meminta dilakukan pengawasan teknis di lapangan akibat terhambatnya 490.000 ton beras yang diekspor Bulog.

Hal ini disampaikan Nevi menanggapi informasi adanya 490.000 ton beras ekspor Bulog yang terdampar di pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Perak di Surabaya. Situasi ini membuat Bulog harus membayar standing cost hingga Rp350 miliar akibat backlog beras.

“Jangan menghukum masyarakat dengan menaikkan harga. Itu karena perbedaan pendapat, jadi pemerintah yang membebankan masyarakat, jangan mengambil masyarakat dengan menaikkan harga beras. Pengawasan teknis di lapangan ditingkatkan. ,” dia menambahkan. kata Nevi pada Rabu (6/12/2024).

Nevi tak menampik, biaya demuragge atau denda akibat penahanan 490 ribu ton beras Bulog untuk ekspor di Tanjung Priok dan Tanjung Perak terkait dengan kenaikan harga di wilayah tersebut. Namun Nevi menekankan perlunya menjaga harga beras saat ini, terutama saat libur Idul Adha tahun 2024.

“Bisa jadi akan mempengaruhi harga, tapi kenaikan harga beras harus kita kendalikan, terutama saat Idul Adha,” jelas Nevi.

Diakui Nevi, pembayaran demuragge atau denda akibat impor beras Bulog sebanyak 490.000 ton di Tanjung Priok dan Tanjung Perak merupakan akibat dari kebijakan yang tidak terorganisir dan terkoordinasi dengan baik.

“Karena aturan dan asosiasinya tidak terorganisir, harus ada tanggung jawab, tidak semua dilimpahkan ke Bulog. Ini salahnya karena tidak adanya kerja sama antara Badan Pangan Nasional dan Bulog,” tegasnya.

Sebagai informasi, sebanyak 490 ton beras diekspor Bulog yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Situasi ini memungkinkan Bulog membayar keterlambatan (denda) sekitar Rp350 miliar.

Baca Juga: Bos Bapanas Sebut Wajar jika Harga Beras Bulog Naik ke Rp 12.500 per Kg

Meredanya potensi penundaan tersebut diyakini karena adanya perubahan kebijakan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang mengharuskan penggunaan peralatan impor, padahal sebelumnya cukup menggunakan kapal berukuran besar. Informasi yang diterima menyebutkan, sebagian beras yang diekspor di Tanjung Priok bisa keluar berkat bantuan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangg Hartart dan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat melakukan kunjungan kerja ke stasiun. Kini barangnya ada di gudang Bulog.

Masalahnya, denda yang harus dibayar Bulog mempengaruhi harga jual beras tersebut sehingga bisa membayar kelebihannya. Artinya, pemerintah harus lebih mendukung Bulog.

Pada Rabu (12 Juni 2024), masih ada 200 kontainer beras di Tanjung Priok. Sementara itu, tercatat 1.000 kapal berada di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Direktur Rantai Pasokan Bulog Suyamto membantah kabar tersebut. Ia mengatakan seluruh sistem impor, ekspor, dan distribusi beras impor sepanjang tahun 2024 akan berjalan dengan baik. “Saat ini belum ada jalur pelayaran di Priok,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours