Digitalisasi Sektor Transportasi Harusnya Mempermudah Bukan Menyulitkan

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Penerapan teknologi pada sektor transportasi penyeberangan dikatakan dapat memudahkan pembelian dan penggunaannya oleh konsumen. Hal itu merupakan amanat Presiden yang ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan fasilitas umum.

Pengamat Transportasi, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menuturkan, penerapan digitalisasi diharapkan dapat memudahkan pengguna dalam menggunakan atau menerima fasilitas transportasi.

“Sekarang dengan adanya aplikasi tiket transit Ferizy, apakah benar-benar memudahkan pengguna angkutan umum. Atau hanya mengedepankan teknologi tanpa memahami budaya dan kesiapan masyarakat terhadap produk digital?” kata BHS, Sabtu (6/7/2024).

Ia mengatakan hal tersebut karena kenyataan di lapangan, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami teknologi.

“Kita harus ingat bahwa sekitar 30 persen masyarakat Indonesia masih mengenyam pendidikan dasar atau kurang. Nah, pengguna kapal feri adalah masyarakat menengah ke bawah. Ada kelas menengah ke atas, namun lebih banyak masyarakat menengah ke bawah. “Apakah layak menggunakan aplikasi ini untuk memberikan layanan transportasi kepada konsumen,” jelasnya.

“Masyarakat akan kesulitan mendownload aplikasi, apalagi mengisi data yang akan digunakan untuk membeli tiket. Kenapa tidak mencoba digitalisasi, seperti transaksi non-tunai di jalan tol, kalau punya e-money, isi saja. mereka bisa langsung menggunakannya,” katanya.

Bagi masyarakat yang belum terbiasa menggunakan aplikasi ini atau tidak tahu apa-apa tentang teknologinya, sebaiknya membeli di kios agen tiket yang ada di sekitar pelabuhan, seperti di jalur Merak-Bakaheuni dan Ketapang-Gilimanuk.

Dimana agen tersebut terkesan informal atau ceroboh. Faktanya, agen menuntut kompensasi yang lebih besar dari harga jasa angkutan atau pelabuhan dalam harga tiket.

Misalnya saja di penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, tiket dijual kepada penumpang pejalan kaki seharga Rp 17.000 oleh agen. Rinciannya, Jasa Pengiriman Rp5.100, Jasa Pelabuhan ASDP Rp4.200, Asuransi Jasa Raharja Rp400, dan Asuransi Jasa Raharja Putra Rp900. Jadi total harga tiketnya adalah Rp 10.600.

Sedangkan sisanya Rp. Padahal kuotasi agen pada layanan pelabuhan ASDP Rp 4.200.

Karena biaya layanan pelabuhan sudah termasuk layanan tiket, agen tidak perlu menambahkan penawaran harga. PT harus membayar agen. ASDP bertanggung jawab atas penjualan tiket di loket sebelum digitalisasi diterapkan sesuai PM No. 84 Tahun 2018. Pasalnya, masyarakat saat ini sangat dirugikan dengan membayar lebih atau mahal karena digitalisasi yang tidak masuk akal.

“Benarkah jasa penawaran agen lebih mahal dibandingkan jasa angkutan? transportasi seperti KAI dan maskapai penerbangan “Akarnya bagus,” katanya lagi.

Atas dasar itu, BHS menyebut Ferizy sedikit membebani dan membebani masyarakat. Karena meskipun melakukan pembelian secara online, tidak ada jaminan mendapat tempat. Selain itu, belum ada layanan tiket Go Show dengan sistem pembayaran tunai di pelabuhan penyeberangan.

“Inilah yang menjadi penyebab kemacetan di pelabuhan penyeberangan. Sementara di pelabuhan penyeberangan, sejak diberlakukannya Ferizy, tidak ada penjualan tiket tunai atau tunai. Sehingga masyarakat kerap kesulitan mendapatkan tiket penyeberangan. Selain itu, ada waktu batasan pemesanan tiket Ferizy, seperti yang sering terlihat pada beberapa keluhan masyarakat di media sosial,” ujarnya.

Bambang menegaskan, dirinya tidak menentang digitalisasi, asalkan masyarakat bisa lebih mudah menggunakan transportasi.

“Saya tidak menentang digitalisasi. Yang saya inginkan adalah digitalisasi yang memudahkan masyarakat untuk membeli dan menggunakannya, seperti di beberapa negara di luar negeri, misalnya ICOCA di Jepang, OCTOPUS di Hong Kong, THE DEUTSCHLANDTICKET di Jerman. Kalau kartu ini adalah kartu angkutan umum yang bisa digunakan untuk moda transportasi berkelanjutan, bus, kereta api, atau kapal feri. “Dan top up bisa melalui ‘Supermarket’ (Supermarket),” ujarnya lagi.

Lebih lanjut ia juga menegaskan, untuk membeli tiket angkutan di semua negara tidak perlu meminta data diri atau mengisi data diri saat membeli tiket secara online atau membayar langsung (offline). Sedangkan aplikasi Ferizy harus menyertakan data pribadi.

Hal ini dapat lebih menyulitkan masyarakat dan juga karena penyeberangan ini bersifat langsung/harus cepat dan penumpang komuter atau kereta cepat memerlukan akses yang cepat. Dijelaskan, di seluruh dunia tidak ada yang perlu memberikan data pribadi untuk keperluan pembelian tiket semua moda kecuali udara.

Misalnya, jika aplikasi Ferizy tidak sempurna atau menimbulkan masalah bagi masyarakat, mengapa tidak kembali ke pembayaran tunai. Seperti di semua negara di dunia, untuk perjalanan feri jarak pendek di Jepang, Filipina, Hong Kong, Italia , Kanada serta Korea dan China, pembayaran angkutan penumpang dilakukan dengan uang tunai dan tidak perlu memasukkan data atau menunjukkan data pribadi. Kecuali mereka ingin melakukan pembelian secara online terlebih dahulu, kata politikus Gerindra itu.

BHS menegaskan amanat dan keinginan Presiden untuk memanfaatkan teknologi digital yang dapat memudahkan masyarakat.

“Pak Jokowi ingin digitalisasi bisa memudahkan masyarakat. Bukan sesuatu yang berantakan seperti ini. Ibarat jalan tol, mudah, tinggal tap. Baik sebagai KRL atau LRT. “Tidak ada tambahan biaya bagi mereka untuk menggunakan jasa transportasi seperti kejadian penyeberangan saat ini,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours