Dirut BPJSTK Blak-Blakan Soal Kondisi Industri Tekstil di Tengah Badai PHK

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Direktur Eksekutif BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo buka-bukaan soal syarat dan ketentuan Industri Tekstil dan Tekstil (TPT) yang sedang menghadapi penutupan besar-besaran (PHK). Anggoro mengatakan, pada sektor sandang dan pakaian jadi, penurunan peserta BPJS pekerjaan terjadi sejak awal Januari 2023 hingga Mei 2024.

Tren penurunan Peserta BPJS Ketenagakerjaan diduga disebabkan oleh adanya PHK secara bertahap di industri. Ia mengatakan, saat ini total pekerja industri sandang dan pakaian jadi yang masih menjadi peserta BPJS sebanyak 559.469 orang.

“Pada sektor industri garmen dan sandang terdapat kecenderungan penurunan kepesertaan yaitu sekitar 4,27% atau sekitar 24.996 orang yang tidak ikut serta dalam pekerjaan BPJS,” jelas Anggoro dalam rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI. pada hari Selasa. (2/7/2024).

Lanjut Anggoro, industri tekstil di sektor TPT juga mengalami penurunan kepesertaan BPJS tenaga kerja. Ia mengatakan secara keseluruhan penurunan peserta pada sektor ini sebesar 6,17% pada periode yang sama dengan pakaian jadi dan pakaian jadi.

Dengan demikian, total penurunan kepesertaan industri TPT sebanyak 21.005 orang sehingga menyisakan 319.325 orang yang masih menjadi peserta BPJS, ujarnya.

Apalagi, kata Anggoro, total sebaran tenaga kerja di industri tekstil sebesar 82% berada di Pulau Jawa. Hal ini juga terlihat berdasarkan data jumlah anggota aktif yang masih aktif bekerja di industri tekstil dan perusahaan sepatu.

“Saat ini total peserta di Indonesia sebanyak 1,5 juta orang dan 82% diantaranya berada di Pulau Jawa,” kata Anggoro.

Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indeks Keyakinan Industri (IKI) pada Juni 2024 mencapai 52,50. Aktivitas bisnis secara umum meningkat sebesar 1%.

Namun data tersebut menimbulkan pertanyaan, karena seperti diketahui akhir-akhir ini banyak terjadi PHK di sektor industri, khususnya tekstil.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan perbedaan harapan IKI dengan situasi rendah. Menurutnya, jika IKI dihitung dalam bidang makro, bukan mikro.

“Kalau di IKI harapannya semakin meningkat, tapi di lapangan berbeda. Kalau dari IKI saya bisa sampaikan secara makro, semua subbagian,” jelas Febri, Jurusan Bisnis, Kamis (27/6). /2024).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours