Djarum Foundation angkat keindahan kebaya dalam karya sinematografi 

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Bakti Budaya Djarum Foundation menyoroti kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia dalam video bertajuk “Kebaya Kala Kini” dalam rangka Hari Kebaya Nasional 2024.

Direktur Program Yayasan Djarum Bakti Budaya Renitasari Adrian mengatakan, video yang menampilkan berbagai jenis kebaya sebagai simbol perjalanan hidup yang berbeda ini bertujuan untuk mengajak masyarakat memandang kebaya sebagai pakaian yang menyatukan seluruh kelas sosial di Indonesia.

“Karena masing-masing mempunyai daerah yang berbeda, kami ingin terus menjaga kekayaan Indonesia dan kebaya bisa dikenakan dimana saja dan kapan saja,” kata Renita dalam jumpa pers perayaan pemutaran perdana film pendek “Kebaya” Kala. ” Kini” di Jakarta pada Selasa.

Renita juga berharap upaya menampilkan keindahan kebaya juga turut membantu merevitalisasi ekosistem perekonomian terkait kebaya seperti desainer, penyulam, penjahit, pembuat kebaya, dan penjual kebaya. Meningkatnya penggunaan kebaya juga diharapkan berdampak pada meningkatnya pengenalan kain batik dan pakaian adat lainnya yang menjadi standar pemakaian kebaya.

Ia mengatakan, upaya tersebut memerlukan kerja sama semua pihak, yang turut membantu memasyarakatkan kebaya di kalangan masyarakat di daerah dan pusat.

Sementara itu, sutradara Bramsky mengaku memilih kebaya sebagai tema utama filmnya karena ingin menampilkan perjalanan dan transformasi perempuan Indonesia.

Ia juga ingin menampilkan kebaya sebagai sesuatu yang penting tidak hanya di pedesaan, tetapi juga untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat kota, menghubungkan para aktor film profesional dengan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai buruh atau penjual yang kerap mengenakan kebaya.

“Beberapa konsepnya sesuai dengan sisi Djaruma, ada beberapa metafora dalam film ini, metafora seperti harapan dan doa. “Pemilihan kebaya tidak hanya soal pakaian, tapi juga tentang perjalanan dan transformasi perempuan Indonesia. Ibu-ibu juga dipilih dalam casting tersebut agar pesannya bisa tersampaikan kepada semua orang di pedesaan dan perkotaan,” ujarnya.

Film pendek berdurasi kurang lebih 8 menit ini menampilkan artis akting Dian Sastrowardoyo, Putri Marino, serta penyanyi keronkong muda Woro Mustiko dan penari Bali Syandria Kameron. Video ini juga menampilkan latar persawahan dan perkampungan di Kulon Progo, D.I Yogyakarta.

Renita berharap kebaya dapat menjadi simbol penghormatan seumur hidup antara perempuan Indonesia dan warisan budayanya, serta mencerminkan transformasi yang berkembang seiring berjalannya waktu.

“Kami berharap karya ini dapat mengingatkan Anda akan kekuatan dan keindahan kebaya yang terus hidup dan menginspirasi. Dengan film ini kita akan lebih kreatif untuk menciptakan gelombang besar kebaya di Indonesia,” kata Renita.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours