DKI targetkan implementasi nyamuk ber-wolbachia lebih dari 6 bulan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Pemprov DKI Jakarta menargetkan penerapan teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di suatu wilayah selama lebih dari enam bulan jika populasi nyamuk dinilai tidak terjangkau.

“Nanti nanti kita cek lagi apakah jumlah nyamuknya mencukupi. Kalau tidak, bisa bertambah delapan bulan atau dua bulan lagi,” kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Maryati Kasiman, M.K.K.K. saat seminar online pada hari Rabu.

Penerapan nyamuk Aedes aegypti pembawa Wolbachia pada suatu wilayah dikatakan efektif jika populasinya mencapai 60 persen dibandingkan nyamuk lainnya. Aplikasi ini dimulai dengan menempatkan telur untuk menetas dan melepaskannya ke suatu area.

Nanti kita lakukan pengiriman pertama. Tempat pertama yang ditetapkan Kementerian Kesehatan adalah Jakarta Barat, Kecamatan Kembangan, Kelurahan Kembangan Utara, kata Maryati. Baca juga: Pemprov DKI siapkan 1.400 toples telur nyamuk ber-Wolbachia, katanya, namun pemerintah berharap program tersebut tetap dilanjutkan di wilayah DKI dengan tujuan mewujudkan Jakarta bebas demam berdarah (DBD). sadar diri.

Maka untuk melakukan hal tersebut diperlukan waktu dan sumber daya, baik manusia maupun logistik.

Maryati menambahkan, penerapan nyamuk wolbachia dalam pengendalian malaria merupakan suatu tambahan atau inovasi baru. Upaya seperti pemusnahan sarang 3M Plus dan pengasapan masih diperlukan.

“Larvisida masih berjalan, dilakukan di tangki air yang sulit. Yang tidak boleh meneteskan larvasida ke ember wolbachia,” ujarnya. Baca juga: Jakbar Lepas Nyamuk Wolbachia untuk Obati Demam Berdarah Bulan Ini, Menurut Kementerian Kesehatan, wolbachia, bakteri yang melumpuhkan virus demam berdarah di tubuh nyamuk Aedes aegypti, membuka kemungkinan baru untuk pengendalian demam. Dalam sebuah percobaan di kota Yogyakarta dan provinsi Bantul pada tahun 2022, lokasi inokulasi (transplantasi mikroorganisme ke dalam alat pertanian baru) memiliki tingkat demam berdarah sebesar 77%. Setelah itu, jumlah pasien rawat inap turun hingga 86 persen. Penerapan teknologi wolbachia di Indonesia menggunakan metode substitusi yaitu nyamuk jantan dan betina dengan wolbachia dilepasliarkan ke populasi alami. Pendekatan ini memastikan bahwa nyamuk lokal juga mengandung wolbachia, sehingga memberikan perlindungan jangka panjang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours