Dokter: Anemia pada ibu hamil tak boleh disepelekan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis kandungan yang tergabung dalam POGI (Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) Cabang DKI Jakarta, dr. Natasya Prameswari, Sp.OG berpendapat anemia pada ibu hamil tidak boleh dianggap remeh karena memiliki efek buruk jangka panjang pada janin.

“Anemia sepertinya berkurang. Berikan saja saya obat tekanan darah. Namun risikonya jika tidak dikendalikan akan berlipat ganda, yakni berujung pada keguguran. “Jika bayi lahir di bawah 37 minggu, risiko lahir mati akan tinggi.”

Ibu hamil dengan anemia juga akan berisiko mengalami pendarahan saat melahirkan, jelas Natasya. Natasya mengatakan, meski jumlah ibu yang meninggal saat melahirkan menurun dari 305 menjadi sekitar 190, namun penyebab utama persalinan masih berupa pendarahan dan tekanan darah tinggi.

Selain itu anemia juga bisa berkurang. Jika ibu hamil mengalami anemia, maka bayinya pun bisa terlahir anemia.

Oleh karena itu, hal ini akan mempengaruhi masa depannya. Misalnya saja saat bersekolah, anak-anak tidak akan memahami pelajaran sebaik teman-temannya, lanjut Natasya.

Mengurangi anemia pada ibu hamil juga menjadi salah satu tujuan selain menurunkan angka aborsi. Menurut penelitian, hampir 86% ibu menderita anemia.

Oleh karena itu, Natasya mengimbau para wanita untuk memperhatikan kesehatannya bahkan sebelum menikah. Dengan cara ini, berbagai risiko selama kehamilan dan persalinan dapat dihindari. Dengan demikian, kehamilan dapat tetap sehat dan bayi lahir dengan perkembangan terbaik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours